Menjadi ibu rumah tangga sama dengan mendaftarkan diri pada sebuah sekolah yang memiliki masa belajar tiada habisnya. Ilmu yang didapat dalam sekolah ini bukanlah ilmu yang sekedarnya saja, tak ada lagi istilah bermain-main. Karena bukanlah satu hal yang tidak mungkin jika kita akan berhadapan dengan sebuah praktek langsung tanpa terlebih dahulu menerima teori, bahkan mungkin saja tak ada teori yang dapat diterapkan dalam beberapa praktek.
Eits, jangan takut dulu. Kehidupan rumah tangga itu dapat dengan mudah kita taklukkan, selama kita dapat mengetahui celah dan menganalisa suatu masalah.
Salah satu contoh masalah yang kerap saya temukan sebagai seorang ibu rumah tangga adalah galau saat memasuki tanggal tua. Saat-saat awal menikah saya tidak terlalu galau, karena saat itu saya masih bekerja. Tetapi, begitu masa kehamilan pertama memasuki usia tiga bulan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja.
Saya dan suami saat ini telah dikaruniai satu orang putri dan satu orang putra. Putri saya duduk di kelas satu madrasah dan putra saya masih berusia tiga tahun. Keadaan saat ini tentu saja jauh berbeda dari saat awal menikah terutama bagian biaya hidup.
Bukan sekali dua kali uang belanja yang diberi suami saya habis sebelum waktunya. Dulu, saya tidak ambil pusing, jika habis, ya tinggal minta lagi. Toh, suami saya yang meminta agar saya berhenti bekerja. Paling suami saya hanya menarik napas panjang sebelum memberikan uang belanja tambahan itu.
Tetapi, seiring bertambahnya usia, guratan lelah semakin nampak di raut wajah suami saya, saat ia harus pulang larut malam dengan berbagai macam masalah pekerjaan, dirinya tetap berusaha menjadi sosok yang pantang mengeluh. Sikapnya membuat saya berpikir bahwa saya harus menjadi seorang ibu yang bertanggungjawab dalam mengatur perekonomian keluarga. Ya tentu dong, rumah tangga ini kan dijalani oleh kami berdua.
Jika suami saya harus terjun penuh untuk memenuhi tanggung jawabnya, kenapa saya sebagai seorang istri hanya setengah-setengah dalam menjalankan kehidupan ini?
Jika suami saya harus terjun penuh untuk memenuhi tanggung jawabnya, kenapa saya sebagai seorang istri hanya setengah-setengah dalam menjalankan kehidupan ini?
Tidak penting berapa gaji yang suami miliki, yang penting adalah berapa uang yang suami beri.
Ada saatnya saya merenungi sebuah pepatah orang tua zaman dahulu. Sampai pada kalimat 'berapa uang yang suami beri' membuat saya berpikir karena berapa pun yang suami saya berikan, maka dengan cepat saya habiskan. Berarti ada yang salah pada diri saya.
Saya harus berubah. Dan, itu sudah menjadi tekat saya. Untuk itu saya mulai menyusun semua rencana keuangan keluarga selama satu bulan. Banyak cara yang sudah saya coba, tetapi banyak gagalnya. Hanya ada satu cara yang cocok dan saya lakukan sampai sekarang.
Saya pun membuat daftar belanja hanya untuk urusan dapur dan juga sumur setelah melakukan belanja bulanan. Daftar ini saya lakukan dengan sepengetahuan suami saya.
Pertama yang saya lakukan begitu uang belanja diberikan oleh suami saya, adalah:
~ Membayar Biaya Operasional
Setiap bulan tentu saja ada tagihan yang harus dibayar. Seperti:
Tagihan listrik & air
Biaya administrasi sekolah anak
Quota internet.
~ Belanja Bulanan
Belanja bulanan bagi saya adalah berbelanja skala prioritas. Produk yang masuk dalam daftar belanja bulanan memang tidak banyak tetapi harus memenuhi kuota satu bulan. Yang masuk dalam daftar belanja bulanan saya, yaitu:
Beras
Minyak goreng
Perlengkapan mandi keluarga dan sedikit kosmetik
Sabun cuci & pencuci piring
Sabun cuci & pencuci piring
Deterjen
Pelembut pakaian
Pengharum ruangan
~ Belanja Mingguan
Mengambil uang secara perlahan dalam satu tempat sangatlah tidak efektif bagi saya.
Sisa uang belanja setelah melakukan dua hal penting di atas harus benar-benar saya atur sedemikian rupa. Tidak boleh gegabah dalam menggunakannya. Berhati-hati jauh lebih baik dari pada harus perang batin, otak dan juga pikiran jika tanggal tua tiba.
Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah:
Langkah selanjutnya yang saya lakukan adalah:
Akhirnya saya menggunakan sebuah taktik, yaitu membagi uang belanja yang masih ada menjadi lima bagian. Dengan cara menyimpan uang dalam lima buah dompet yang berbeda.
Koq lima?
Iya, lima.
Dalam satu bulan, saya ambil rata yaitu empat minggu, jadi saya menyiapkan empat buah dompet. Dan, satu dompet lagi untuk dana tak terduga.
Tiap-tiap dompet berisi jumlah uang yang sama. Saya menggunakan uang belanja di satu dompet untuk jangka waktu satu minggu. Dan, dompet lainnya saya letakkan di tempat yang aman bahkan saya sendiri tidak dapat melihat hingga waktu yang telah ditentukan tiba untuk mengganti dompet satu dengan dompet lainnya.
*> Memberi Nama Pada Masing-Masing Dompet
Cara mudah memberi nama pada dompet adalah Week 1 - 4 & urgent only. Tujuannya adalah mengingatkan saya fungsi dari masing-masing dompet.
*> Membuat Daftar Belanja Mingguan
Setiap dompet yang saya gunakan pasti terdapat sebuah daftar belanja mingguan. Biasanya yang masuk dalam daftar belanja mingguan saya itu adalah daftar menu masakan harian. Seperti membeli ayam atau ikan, sayuran dan juga bumbu dapur. Saya juga melakukan cek list pada daftar belanja yang saya buat.
Jika ada kelebihan maka tetap berada dalam dompet yang sedang berlaku, kemudian tutup dan simpan di tempat yang aman. Lalu lanjutkan menggunakan dompet lain sesuai dengan jadwal yang berlaku.
*> Membuat Daftar Menu
Selain membuat daftar belanja mingguan, saya juga membuat daftar menu mingguan. Mulai dari masakan hingga menu sarapan tidak lupa juga cemilan. Daftar menu sangat berkaitan erat dengan daftar belanja mingguan bahkan ia menjadi acuan saat menentukan daftar belanja mingguan.
Jangan teledor. Tidak semua permintaan anak harus dituruti. Dan, pastikan anak-anak makan dengan baik dan benar, karena akan berpengaruh pada permintaan jajan mereka.
Biasanya saya lihat dulu, jajanan apa yang anak saya minta. Dan, saya juga menentukan jajanan wajib untuk mereka. Karena saat ini mereka susah minum susu formula, maka susu kotak masuk dalam jajanan wajib mereka.
Biasanya saya lihat dulu, jajanan apa yang anak saya minta. Dan, saya juga menentukan jajanan wajib untuk mereka. Karena saat ini mereka susah minum susu formula, maka susu kotak masuk dalam jajanan wajib mereka.
Tentukan jumlah jajan mereka dalam satu hari. Jika jumlah itu telah habis, jangan ragu untuk menolak saat anak meminta jajan.
*> Rajin Memasak
Berada di dapur bagi saya seperti berada di sebuah roller coaster. Karena apa? Karena perasaan terlibat di dalamnya. Jika hasil masakan tidak dijamah oleh suami dan anak-anak, rasanya itu melebihi rasa meluncur dari ketinggian yang paling curam. Karena artinya, uang belanja akan terbuang percuma dan anak-anak pasti akan meminta makanan lainnya.
Untuk mengatasi hal ini, saya biasanya bertanya dulu menu apa yang mereka mau dan juga memasak menu yang paling mereka suka.
*> Berburu Barang Diskon
Jika mendengar kata diskon, biasanya mata saya langsung hijau dan telinga saya langsung lancip. Berburu diskon saat ini bukanlah hal yang sulit, karena dapat dilakukan melalui smartphone.
*> Disiplin
Semua daftar yang telah disusun tidak akan ada artinya jika tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Disiplin dalam menjalankan peraturan sangat diperlukan di mana pun termasuk berbelanja sesuai jadwal.
Dompet ke lima adalah dompet yang hanya digunakan pada saat-saat genting.
Seperti:
Seperti:
Anak sakit tiba-tiba hingga mengharuskan berobat dengan segera.
Memperbaiki perlengkapan rumah yang rusak pada saat yang tidak tepat, dan kebutuhan tidak terduga lainnya.
Bisa saja jika menjalankan daftar belanja dengan baik dan benar, dompet ini akan tetap utuh. Jadi uangnya bisa ditabung.
*> Jauhi Utang & Perbanyak Sedekah
Ini adalah hal yang paling penting. Saya dan suami memiliki pendapat yang sama tentang utang, dan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak berutang dalam bentuk apa pun dan pada siapa pun.
Sedekah pun harus dilakukan secara rutin. Tidak perlu dalam jumlah yang besar, bisa juga dilakukan pada tetangga-tetangga terdekat atau juga ikut bersedekah di sekolah anak.
Nah, itu adalah tips dan trik yang saya lakukan dan mampu membuat saya terbebas dari rasa galau saat tanggal tua.
Mau ikut mencoba?
Mau ikut mencoba?
iya, kebijakan memasukkan uang dalam amplop yang berbeda keperluannya itu emang efektif ya
ReplyDeletekalau kita gak bijak dlm pengeluaran keuangan, kasihan suami yg mencari nafkah ya... :)
ReplyDeleteBanyak juga nyiapin dompet nya mba.. Hhmm kalau aku saran di amplopin juga bisa kan hehhee.. Gak penting berapa gaji suami, yang penting semua nya di kasih ke istri.. Gitu mba ^0^
ReplyDelete