Alhamdulillaah saat ini saya telah dikarunia dua orang anak. Kakak, putri pertama saya berusia 8 tahun dan Ade, putra laki-laki saya berusia 5 tahun. Karena merekalah hidup ini terasa seru. Mereka adalah anugerah dan juga kewajiban yang harus saya penuhi di dunia ini.
Membesarkan anak adalah pelajaran yang tak ada habisnya. Ujiannya bisa datang kapan saja. Hasilnya juga ngga bisa dilihat dalam jangka waktu yang pendek. Masih jauh ke depan, di masa saya tua dan saat di akhirat nanti.
Ada satu pengalaman tentang Ade yang ingin saya bagikan saat ini.
"Ummi, barang-barang aku di tas diambil semuanya sama si itu...," ucap Ade menahan tangis di satu hari sepulang sekolah.
Saya pun segera memeriksa tas Ade, dan benar isinya kosong. Pelakunya dia lagi, dia lagi. Yang sering main bareng, kadang musuhan, kadang baikan.
Wajar, karena mereka masih anak-anak ya kan? Tapi perlu diketahui, anak ini memang keterlaluan di banding teman-teman Ade lainnya.
Bukan sekali dua kali, anak itu mengambil mainan Ade yang baru dibeli dan ngga dipulangin. Bukan mainan mahal memang, hanya seharga seribu dua ribu. Tapi bukan itu intinya kan?
Pernah saya melihat kejadian itu dari balik jendela dalam rumah dan di situ ada ibunya, sayangnya, si ibu hanya diam saja malah ikut menyelamatkan mainan anak saya ke rumahnya dibanding melihat anaknya nangis.
Beberapa kali saat jajan, Ade ngga ngasih uang kembalian pada saya. Saya pikir, Ade lupa ngga minta kembalian sama pedagangnya. Saya baru sadar di satu hari, Ade yang hanya tahu bahwa uang itu hanyalah pecahan dua ribuan saja. Saat itu ngga mau dikasih dua ribu tetapi minta sepuluh ribu. Saya kasih, dengan catatan harus minta kembaliannya terus kasih ke saya. Ternyata uang itu habis dan ngga ada mainan yang Ade bawa pulang. Saya tegur Ade dan minta dia cerita uangnya dipakai buat beli apa. Dan Ade bilang uangnya buat beli ini, ini dan ini disuruh anak itu.
Mendengar aduan Ade sepulang sekolah hari itu, saya pun memutuskan kembali ke sekolah. Di jalan, saya ketemu anak itu dengan kedua orang tuanya, saya tanya baik-baik buku-buku anak saya mana? Karena tadi anak itu yang keluarin dari tas. Anak itu hanya jawab ngga tau sambil buang muka.
Saya lanjut terus ke sekolah Ade, buku-buku dan alat tulis lainnya memang ada di sana. Karena saya terlalu kesal, saya pun ceritakan semua pada Bu Guru di sekolah Ade. Dan tahu apa? Ternyata saat di sekolah memang Ade diganggu sama anak itu. Ade duduk sini, ngga boleh. Ade duduk situ, ngga boleh. Hingga akhirnya anak itu mendorong Ade dan ingin menyerang dengan agresif. Alhamdulillaah, terawasi oleh Bu Guru di sekolah hingga Ade ngga kena pukul.
Saya pesan ke Bu Guru, minta anak itu diawasi, agar ngga makin keterlaluan. Karena saya adalah type orang yang mudah meletup saat emosi. Tapi konyol rasanya jika urusan anak seperti ini menjadi urusan orang tua.
Tapi saya juga ngga bisa abai atas kejadian ini. Jadi lebih baik mulai sekarang Ade saya larang main sama anak itu, baik di sekolah atau pun di rumah.
Yang pasti saya ngga mau anak-anak saya nantinya jadi korban bully apalagi jadi seorang pembully. Naudzubillaah...
Selama ini ada beberapa cara yang kerap saya lakukan dalam mendidik anak-anak saya.
1. Mengetahui tempat dan dengan siapa mereka bermain
Setiap Kakak dan Ade mau main, saya pasti tanya mainnya ke mana dan sama siapa. Saya ngga mau kejadian seperti di atas kejadian lagi. Untuk sementara mending Ade cari teman lainnya yang lebih aman. Yang pasti ngga boleh jauh dari rumah. Selain itu, saya juga sering memberi tahu seberapa lama mereka bermain dan kapan mereka harus pulang. Biasanya saya cocokkan dengan waktu azan.
Contohnya jika pagi, Ade bermain dari pulang sekolah jam sepuluh pagi maka saat azan zuhur sudah harus pulang.
Adakalanya mereka ngga bisa dilarang. Saya dan keluarga tinggal di tempat yang langganan banjir. Hujan sedikit saja, depan rumah sudah ada air tergenang. Tingginya tergantung pada curah hujan yang turun. Kalau keadaan seperti ini saya harus waspada. Terutama saat anak minta bermain. Jika air di depan rumah tinggi tentu saja saya ngga kasih izin mereka keluar.
Kalau pun mereka nekat main air, saya segera meminta mereka mandi setelahnya dan harus sering memeriksa suhu badan mereka. Jika suhu badan mereka naik, saya segera memberi Tempra Syrup. Karena rasa anggur yang enak jadi ngga susah saat memberikannya kepada anak-anak.
![]() |
Minum Tempra syrup saat mulai demam |
Tempra Syrup ini parasetamol yang dapat meredakan panas dan mengurangi rasa nyeri. Aman di lambung. Tidak perlu dikocok, larut 100%. Dosisnya tepat, jadi tidak khawatir akan menimbulkan over dosis atau kurang dosis. Dan yang pasti tidak mengandung alkohol.
2. Memberitahu cara melindungi diri sedari dini.
Saya selalu membiasakan anak-anak untuk bercerita tentang kegiatannya sehari-hari. Dari cerita-cerita mereka saya bisa mengetahui mana kegiatan yang cocok, nyaman atau berbahaya untuk mereka.
Di sela mendengarkan atau saat menjelang tidur, saya selalu mengingatkan mereka cara melindungi diri sendiri dan jangan diam saja jika diganggu. Saya juga mengingatkan jangan suka bermain pukul-pukulan sesama teman, jangan suka mengambil barang yang bukan milik sendiri. Jangan mau jika diajak orang yang ngga dikenal walau diiming-imingi uang atau apa pun. Jangan mau jika ada teman atau orang dewasa yang memegang bagian tubuh tertentu dan juga meminta mereka membuka baju atau celana.
Paling mudah cara yang harus mereka lakukan adalah pergi menjauh lalu melaporkan pada saya, guru atau ibu-ibu yang terdekat pada posisi mereka saat itu untuk meminta tolong.
Paling mudah cara yang harus mereka lakukan adalah pergi menjauh lalu melaporkan pada saya, guru atau ibu-ibu yang terdekat pada posisi mereka saat itu untuk meminta tolong.
3. Mengenalkan kewajiban mereka sebagai seorang anak
Yang pertama saya tekankan soal kewajiban adalah sholat. Walau pun saya harus mengawal mulai dari mereka wudhu sampai menunggui mereka sampai selesai mengerjakannya.
Setelah itu adalah sekolah. Ade memang masih agak susah tertibnya saat mau berangkat sekolah. Ada saja alasannya. Paling sering adalah masih ngantuk, cape dan alasan lainnya.
![]() |
Ayooo Sekolaaaaaah |
Saya ngga mungkinkan marah-marah terus setiap pagi. Lebih baik cari cara lain yang lebih menyenangkan baginya. Seperti menawarkan sarapan langsung saat ia bangun tidur, jadi setelah selesai dia bisa langsung mandi dan segera berangkat sekolah.
Yang pasti tugas ini masih panjang. Dan saya berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.
Yang pasti tugas ini masih panjang. Dan saya berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan yang terbaik untuk anak-anak saya.
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
0 Response to "Mendidik Dengan Cinta Agar Anak Tidak Dibully dan Tidak Jadi Pembully"
Post a Comment
Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.