Saya sering sekali marah kepada Kakak, anak sulung saya jika ia tertawa saat adiknya terjatuh. Begitu pula sebaliknya.
Entah kenapa saat ini saya sering merasa bahwa rasa empati itu telah tidak ada lagi.
Mungkin saya berlebihan. Tapi kejadian hari ini membuat saya berpikir seperti itu.
Sepulang saya mengantar Kakak ke sekolah, saya mampir ke sebuah warung untuk membeli bensin ecer, di sebrang warung ada sekelompok anak usia sekolah menengah atas yang mungkin telah selesai sarapan
Adik yang berusia tiga tahun turun dari motor, sedikit membuat saya panik karena ada mobil yang lewat tidak jauh dari tempat adik berdiri. Konsentrasi saya pecah, motor lepas dari tangan saya sedang standart belum sempurna saya turunkan. Ibu penjual bensin pun terlanjur memegang dua buah botol terlihat bingung.
Dalam kebingungan saya sempat bberpikir untuk meminta bantuan pada anak-anak remaja tadi. Tapi niat itu saya urungkan karena melihat tingkah mereka, jangankan berinisiatif menolong yang ada mereka malah tertawa melihat motor saya jatuh.
*otaknyatengkurep--
Tapi alhamdulillah, saya dan anak saya baik-baik saja.
Hal itu membuat saya berpikir bahwa pentingnya menanamkan sikap empati pada anak mulai usia dini. Terutama sikap empati di dalam keluarga. Agar mereka dapat saling membantu dalam suka duka hingga dewasa nanti. Bukan malah saling menertawakan bila yang lain sedang dalam kesulitan.
iya mbak. betul sekali. harus ditanamkn sejak dini.
ReplyDeleteIya, Mba
DeleteTanggung jawab kita sebagai orang tua.
Banyak banget yang kayak anak-anak sma itu ... bahkan bila itu terjadi pada orangtua mereka.
ReplyDeleteAda juga sih yang sebaliknya ...
Kelakuan anak jaman sekarang
DeleteIsh, pengen jitak