Aku duduk di ranjang, memikirkan kejadian di pesta ulang tahun Nycta semalam.
"Matahari telah terbit. Apa kau nggak pergi sekolah?"
"Mom! bisa ketok pintu dulu seperti yang manusia lakukan?"
Mom muncul di samping ranjang tanpa permisi.
"Ooh, Ken. Mom juga manusia," Mom menaikkan satu alisnya,
"oke, setengah, tapi setidaknya Mom masih memiliki darah manusia dalam tubuh ini. Sama sepertimu."
Aku nggak mau siapa pun menembus pintu kamar.
"Baiklah, apa yang terjadi di pesta kemarin?"
Kabar itu telah tersebar sampai telinga Mom, atau mungkin ke seluruh warga dunia nyata? Bisa jadi sampai juga ke seluruh citizen World Of The Shadow.
Matilah aku!
"Nggak ada."
Alis Mom semakin runcing, membentuk sebuah pedang kecil, melayang dan berhenti tepat di depan hidungku. Mengancam!
"Oke! Aku cuma bermain air kolam renang."
"Dan menggulung tiga orang temanmu dengan gelombang besar air kolam itu?"
"Mereka pantas mendapatkannya!"
"Kenapa? Karena mereka menggoda Nycta?"
Mom semakin menyudutkanku. Lebih baik aku segera menghilang.
"Answer Me!"
"Oh, Mom, c'mon. Ini kamar mandi. Jangan seenaknya menembus tembok. Kita punya kesepakatan di bumi ini, bukan?"
"Kau yang jangan seenaknya menggunakan kekuatan! Lihat ini ...."
Mom keluar dari cermin kamar mandi sambil menyodorkan ponsel ke arahku.
"Ulahmu telah ada di youtube. Ini membahayakan! Kemasi barangmu! Kita pindah. Segera!"
Jangan menonjol, jangan berteman, apa lagi jatuh cinta. Karena itu berbahaya, Bangsa Kirara akan memburu jiwa-jiwa kami.
Aku membasuh wajah secepat kilat, Mom membenahi semua barang-barang ke dalam mobil. Aku pun mengikuti tindakan Mom. Lalu berlari ke mobil yang mulai dijalankan.
"Ga bisa sebentar saja menungguku?"
Mom menjawab teriakkanku dengan lirikannya tajam. Tak lama rem mobil berdecit, sebuah benda jatuh tepat di depan kaca mobil. Seekor kucing hitam menyeringai.
Bangsa Kirara berhasil mengetahui keberadaan kami!
Mom menekan gas, membanting setir ke segala arah. Tak peduli teriakan warga yang menjadi sasaran, semua cara dilakukan asal kami bisa lolos dari kucing hitam itu.
"Alihkan pandanganmu, Ken. Kucing itu adalah Bangsa Kirara, ia akan menghipnotis dan perlahan menghisap jiwamu."
"Awas, Moooom ..."
Sebuah gerobak Franchise Potato tersambar mobil yang dibawa Mom tanpa rem.
"Kucing itu tersangkut di sana. Syukurlah."
"Yah, baguslah kita pindah. Kalau nggak, Mr. Smith pasti akan mengirim tagihan untuk gerobak yang telah Mom hancur leburkan."
Kami berjalan menyusuri koridor Bandara JFK. Mom yang menentukan setiap tempat untuk kami tinggal. Dan aku selalu berulah.
"Kenapa sih kita ga langsung menghilang saja, kan bisa langsung sampai ke tempat yang kita mau."
"Great idea, Ken. Kenapa ga sekalian kau serahkan jiwamu melalui black hole saat purnama nanti untuk memudahkan prajurit-prajurit Bangsa Kirara?"
"Aku lelah menjadi nomaden citizen."
Kami telah berada di depan maskapai dengan nama yang sulit kueja.
"Kali ini kita ke mana sih, Mom?"
Mom tidak menjawab. Aku tetap berusaha mengeja nama maskapai yang tertera di punggung kursi penumpang pesawat.
"Mom, ...."
"Negeri yang tidak terlacak oleh Bangsa Kirara. Karena masih banyak orang-orang jujur yang tinggal di sana."
Aku tersenyum lalu menelan ludah. Semoga kali ini benar, nama maskapainya saja susah sekali kuucapkan,
"Ga-ru-da Ind-one ...."
#Prompt Quiz #8
Mondayflashfiction
Keren ceritnya ukh..
ReplyDeleteOh y saya bru kmren ikut komntas monday flash fiction...saya mau nanya ukh..kalo prompt quiz itu yg bgaimana..biasanya cuma ikut FFRabu..mksh y ukh :-)
Lihat di kiriman yang disematkan, Mba.
DeleteAku pakai hp jadi susah bikin link nya.
Hihihiii
ReplyDeleteNgintip dari balik bantal ya, Mba
wuihhhhh keren ini cerita, ah semoga Indonesia benar2 negeri kejujuran hhe
ReplyDelete