Semua orang pasti pernah berada di kegamangan, pencarian jati diri. Itu ngga hanya terjadi pada usia-usia remaja. Tentu saya pun mengalaminya.
Sekarang kan sudah berada di penghujung 2017, banyak sekali yang terlintas dalam pikiran saya tentang masa-masa sebelumnya hingga terlahirlah tulisan ini.
Waktu terus berjalan, ngga terasa usia sudah masuk kepala tiga. Kalau saya menengok ke belakang, ada masa menyenangkan dan banyak juga yang menyedihkan.
Setiap masa, pasti ada satu hal yang paling saya ingat. Seperti saat saya berada di sekolah menengah umum. Saya sangat aktif dalam kegiatan Paskibra, terpilih menjadi ketua OSIS, memenangkan beberapa lomba baris berbaris dan meraih juara kategori komandan pasukan terbaik sejabotabek pada tahun 2000. Itulah masa remaja yang indah versi saya.
Tapi jujur saja, saat itu ada satu kegiatan ekstra kurikuler yang paling membuat saya kurang nyaman. Yaitu kegiatan Rohis. Tapi saya ngga berada dalam posisi membenci kegiatan itu.
Saya tetap suka melihat teman-teman sekolah saya yang aktif di kegiatan rohis. Mereka terlihat sangat anggun dengan jilbab-jilbab putihnya yang panjang. Senyum mereka manis, etika mereka terjaga dengan baik. Sayangnya, saya ngga pernah bisa nyambung dengan mereka. Sepertinya mereka pun merasakan hal yang sama. Ngga nyaman dengan saya yang terlalu sering berada di lapangan untuk latihan berbaris sambil berteriak-teriak sepanjang hari. Jadi jika bertemu kami hanya saling memberi senyum satu sama lain.
Saat berada di kelas tiga, saya memutuskan untuk memakai jilbab. Tapi ngga tahu kenapa, saya masih merasakan hal yang sama pada kegiatan rohis dan juga teman-teman saya yang aktif di kegiatan itu. Kemungkinan sih, memang saya yang ngga pandai mendapatkan teman saat sekolah. Tapi untungnya saya memiliki tiga orang sahabat sedari SMP yang selalu mau menerima seberapapun menyebalkannya diri saya.
Oiya, kita semua tahu kemarin sempat gempar berita tentang seorang selebritis yang melepaskan jilbabnya. Saya juga pernah berada di posisi itu.
Selepas sekolah saya melepas jilbab dan bekerja sebagai freelance sales promotion girls. Hingga akhirnya saya mendapatkan kerja sebagai customer service di sebuah perusahaan ponsel terkenal pada masa itu.
Setelah beberapa tahun, terlintas kembali keinginan untuk memakai jilbab. Saya pun memastikan keadaan kantor dan ngga berapa lama bekerja di sana, saya mengajukan izin untuk berjilbab. Alhamdulillaah diperbolehkan oleh atasan. Saya ingat, dulu jilbab sedang trend karena sebuah sinetron berjudul kiamat sudah dekat. Dan style jilbab tokoh utama sinetron itulah yang saya pakai, pun masih lepas pasang.
Lalu pada tahun 2008 saya menikah dan berhenti bekerja. Awal pernikahan tentu perlu penyesuaian di sana sini. Terutama masalah di mana saya yang awalnya bekerja berubah menjadi ibu rumah tangga secara penuh. Beberapa alternatif kegiatan telah sama jalani untuk membunuh rasa jenuh, sampai saya pernah menjadi seorang manager di sebuah MLM. Tetapi rasa jenuh itu tetap ada. Lalu saya pun memutuskan untuk fokus saja menjadi seorang ibu rumah tangga.
Saat itu saya ingin belajar agama dan berpikir bagaimana caranya memperbaiki bacaan Al Qur'an yang masih berantakan. Saya memilih pengajian yang sesuai dan tentu saja yang jaraknya dekat dengan rumah. Kemudian saya pun menemukannya.
Satu keluarga yang ternyata tinggalnya jauh lebih lama dari keluarga saya di lingkungan rumah. Dan saat usia dua puluh sembilan tahun, saya baru diberi kesempatan berkenalan dengan mereka.
Saya memanggilnya Ummi. Usianya jauh di atas ibu saya. Ummi ini sarjana pendidikan agama islam yang sudah lama berhenti mengajar karena memutuskan untuk fokus pada keluarga. Ia memakai cadar, begitu pun empat putrinya. Ummi mengajar ngaji khusus ibu-ibu sehabis maghrib di rumahnya setiap hari. Satu hari saya datang, mencoba beradaptasi dua hari tiga hari terus datang dan merasa inilah tempat yang tepat untuk belajar baca Al Qur'an dan menuntut ilmu agama.
Tak sampai seminggu saya hadir di sana. Saya izin Pak Suami untuk pakai hijab lengkap dengan cadar juga. Jawaban Pak Suami waktu itu simple banget, cuma bilang yaudah. Alasannya satu, kalau memang itu lebih baik buat saya, kenapa harus dilarang. Beda jauh pada waktu saya izin berjilbab waktu masih kerja kepada ibu saya dulu. Panjang kali lebar dan berujung peringatan, setahun pakai terus dilepas lagi. Malu-maluin aja nanti. Yah, namanya juga emak yah, berasa lebih kenal anaknya.
Setelah itu bukan hanya saya yang mengaji pada Ummi tapi juga Pak Suami ikut aktif berdakwah di bawah bimbingan Abi, suaminya Ummi.
Jadi saya belajar berhijab bersamaan dengan belajar agama. Cibiran versi apa pun di dunia nyata atau di dunia maya sudah pernah saya temui. Bukan hal yang mudah, tapi saya dan suami saling mengingatkan juga saling menguatkan dan kami tahu kuncinya hanya satu, yaitu tetap istiqomah. Dan terbukti berhijab ngga menjadi halangan saya untuk belajar, berkarya dan juga bersosialisasi.
Dari sekian rintangan, yang tersulit biasanya datang dari dalam diri sendiri.
![]() |
Kumpul sama teman-teman blogger |
Dari sekian rintangan, yang tersulit biasanya datang dari dalam diri sendiri.
Dua ribu delapan belas nanti, jika saya masih diizinkan bernapas di bumi ini, ada beberapa hal yang ingin saya perbaiki dalam diri ini. Jadi lebih baik saya buat saja daftarnya sekalian yah.
1. Memperbaiki hubungan saya dengan Allah SWT
Di 2017 ini saya merasa sangat kurang berinteraksi dengan-Nya. Padahal sejak 2012 saya sudah banyak mendapatkan ilmunya. Tetapi kenapa masih banyak lalainya?
Allah sudah memberi berbagai rezeki terutama melalui gawai ini. Tapi bukan berarti saya lebih banyak bercengkrama dengan gawai daripada Al-Qur'an kan? Ini adalah salah satu cobaan yang saya sadari dan kerap membuat saya beristighfar.
Ya, saya rindu dengan tilawah saya sendiri karena terasa teramat sedikit di tahun 2017 ini. Saya rindu sholat malam yang sudah terlalu banyak absen karena tertidur pulas atau alasan receh lainnya.
Jadi 2018 nanti harus mempersiapkan waktu khusus untuk saya bercengkrama dengan Al Qur'an. Baik itu untuk membaca, mengulang kembali hafalan dan juga mendengarkan tafsir dari guru mengaji saya. Karena inilah satu-satunya cara menjaga keistiqomahan beribadah hingga ajal nanti tiba.
2. Memperbaiki pola makan dan menjaga stamina
Kamu tahu ngga, ada orang yang sangat memerhatikan apa saja yang masuk ke dalam mulutnya? Bukan saja soal makanan sehat dan kaya berserat. Tetapi juga masalah proses pembuatan, bahan-bahan yang terjamin bahkan masalah dari mana makanan itu berasal dan itu semua harus halal.
Mereka lebih memilih makan masakan rumah daripada makan di luar jika ada keraguan di dalamnya, walau pun itu hanya sepotong roti. Mereka lebih rela menyembelih ayam atau hewan ternak lainnya sendiri daripada memilih beli di pasar, agar yakin daging yang mereka konsumsi disembelih secara syar'i. Pernah dengar berita tentang maraknya pedagang yang curang kan?
Orang-orang seperti ini ngga takut dengan kematian, tapi mereka lebih takut jika mati nanti ngga bisa membawa iman. Bukan hanya diri sendiri yang dipikirkan tetapi juga mereka takut jika anak-anak mereka bahkan saudara-saudara sesama muslimnya mati tanpa membawa iman islam.
Mereka menjaga asupan tubuh agar terus bisa beribadah dan berikhtiar selama hidup di dunia. Mereka lebih memilih disebut repot daripada mengambil risiko satu ayat yang dihafal hilang karena ngga menjaga halalnya makan dan minum sehari-hari.
Kalau kamu ngga tahu bahwa mereka itu ada, ya mungkin karena kamu mainnya kejauhan. Soalnya di Indonesia semakin banyak yang memilih pola hidup seperti ini.
Lalu bagaimana dengan saya? Masih jauh dari itu. Saya masih merangkak dibanding mereka. Tapi saya ingin belajar berdiri, berjalan bahkan ingin sekali berlari bersama mereka yang kerap berkejaran menuju jannah.
Dan saya merasa beruntung di Indonesia memiliki Majelis Ulama Indonesia yang dapat menjadi acuan untuk memilih produk untuk dikonsumsi.
Menjaga kesehatan adalah bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan. Karena saya tahu beribadah secara maksimal sangat membutuhkan tubuh yang sehat. Menjaga pola makan bergizi dan juga ditambah dengan vitamin.
Selain nanti saya harus lebih banyak makan sayur dan buah, saya rasa perlu juga menambah vitamin setiap hari. Sakit datangnya dari Allah dan sehat pun datangnya dari Allah. Jika sakit ngga bisa dihindari itu artinya sudah waktunya saya beristirahat. Tapi sebaiknya sakit jangan kelamaan karena tuntutan profesi saya sebagai ibu rumah tangga.
![]() |
Theragran-M tersertifikasi MUI No. 00280032151004 |
Sebagai ikhtiar, Theragran-M vitamin yang bagus untuk mempercepat masa penyembuhan inilah yang saya pilih. Vitamin yang saya pilih karena memiliki kombinasi Multivitamin yang terdiri dari Vit A, Vit B, Vit C, Vit D, Vit E. Theragran-M juga memiliki Mineral esensial seperti Magnesium dan Zinc yang dapat meningkatkan, mengembalikan dan menjaga daya tahan tubuh, juga mempercepat proses penyembuhan. Untuk dewasa diminum satu tablet sehari saat makan atau pun setelah makan. Selain itu, Theragran-M sudah memiliki sertifikasi halal MUI sehingga saya ngga ragu untuk meminumnya.
Saya beli di toko obat dekat rumah dengan kemasan terdiri dari 4 tablet salut gula.
Saya beli di toko obat dekat rumah dengan kemasan terdiri dari 4 tablet salut gula.
3. Memperbaiki sistem keuangan keluarga
Allah itu memanggil kita hanya tiga kali. Saat azan, pergi haji dan sakaratul maut nanti. Saya ingin memenuhi panggilan itu, bukan hanya satu atau dua jenis panggilan saja tapi ketiganya.
Siapa sih yang ngga mau ke Baitullah? Jika ngga bisa di saat usia muda, di usia tua pun ngga jadi masalah.
Sebenarnya sudah lama saya dan suami menyisihkan sebagian rizeki yang diniatkan untuk pergi ke Baitullah. Tapi apa daya, sedikit demi sedikit terpakai untuk kebutuhan keluarga.
Jadi tahun 2018 nanti semoga saya dan suami lebih disiplin menata keuangan untuk mewujudkan panggilan untuk ke Baitullah nanti.
Semoga resolusinya tercapai mbak Angga
ReplyDeleteMasya Allah, sebuah kisah pencarian yang panjang dan mencerahkan!..Semoga selalu dikuatkan dan disehatkan ya Mbak...Juga resolusi di tahun depan akan kesampaian. Aamiin:)
ReplyDeleteWah alhamdulillah tidak ada kendala berarti yaa dari suami ketika ijin memakai cadar. Barakallah mba dan semoga semua keinginannya terkabul :)
ReplyDeletebarakallah mba... :)
ReplyDeleteaku juga memakai hijab setelah lulus sekolah SMK sampai sekarang memakai hijab walau tak seperti mba :)
saya pun juga masih belajar mba...semoga hati,pikiran dan niat kita selalu berada dalam lindungan ALLAH SWT serta kita selalu mencoba belajar menjadi pribadi yang lebih baik lagi setelah berhijab :)
Bu guru, aku jg nulis ttg resolusi. Ceki2 blog eikeh yey 😁 atulah kapan2 diceritain drama2nya pas pngen pake jilbab lg setelah gak pake. Kali2 seseorang d sono melintas d blog ini n dapet hidayah
ReplyDeleteAamiin, semoga impian ke Baitullah tercapai. Doakan aku juga ya, Mbak.
ReplyDeleteBarakallahu fiik, Mbak Angga. Semoga Allah mudahkan kita semua untuk istiqomah berada pada jalan Islam.. dan semoga tahun depan kita jadi hamba yang lebih bertakwa.. Amiin
ReplyDeletesemoga impiannya ke Baitullah terwujud th 2018 nanti ya mbakku.. aamiin...
ReplyDeletesemoga resolusinya tercapai ya, aamiin
ReplyDeleteWaw keren kak.. theragran emang bagus ya kak. Semoga menang lombanya ya kak artikelnya uda bagus bangettt...
ReplyDelete