RESENSI NOVEL HUJAN TERE LIYE, NASIHAT CINTA PENUH MAKNA

Resensi novel hujan karya tere liye

"Baiklah, pertanyaan pertama. Apa yang ingin kamu hapus dari memori ingatanmu, Lail? "

Ruangan itu lengang.

Satu menit lengang, hingga wanita bernama Elijah itu kembali mengulangi pertanyaannya.

"Apa yang hendak kamu lupakan, Lail?"
Lail, gadis yang duduk di sofa hijau kali ini bisa menjawabnya, meski dengan suara serak.

"Aku ingin melupakan hujan."
Novel Hujan, Tere Liye halaman 9

Bicara soal hujan. Apa sih yang ada di pikiran kamu saat pertama kali mendengar kata itu? 

A. Mantan.
B. Mie rebus pakai telur plus cabe rawit.

Kalau saya sih pilih B, kenyaang. Dari pada pilih A, nyakitin. 
Bhahahaa.... abaikan.

Jadi, sudahkah kamu membaca novel Tere Liye yang satu ini? Tema remaja sih yah. Cinta dengan latar belakang scifi tahun 2040-2050-an. 

Judul Buku : Hujan
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Januari 2016
Tebal : 320 halaman
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-03-2478-4

Dibanding trilogi Bumi, Bulan dan Matahari saya lebih suka yang ini. Ngga terlalu berfantasi soalnya. Tapi toh, saya tamat juga baca trilogi itu, tinggal satu lagi nih buku yang terakhir.

Novel Hujan, Tere Liye ini menceritakan dengan alur mundur, tentang dua orang remaja yang bertemu saat terjadi bencana alam letusan gunung purba di kotanya. 
Pada hari pertama menuju sekolah, Lail bersama ibunya mengalami guncangan gempa bumi saat berada di kereta bawah tanah. Bersama penumpang kereta lainnya, Lail dan ibunya berusaha menyelamatkan diri. Lail selamat karena pertolongan seoramg remaja lelaki bernama Esok. Tapi sayang, dalam bencana itu, Lail harus kehilangan ibunya. 

Lail dan Esok harus mengalami hidup di tenda pengungsian. Di sana, Esok selalu menjaga Lail. Hingga akhirnya mereka berpisah karena Esok mendapatkan keluarga yang mengadopsi dirinya dan ia harus kuliah di kota yang berbeda. Sedangkan Lail harus tinggal di panti sosial.


Selain tokoh Lail dan Esok, ada juga tokoh Maryam sahabat Lail di panti sosial. Maryam sosok periang yang penuh percaya diri. Bersama Maryam, Lail menjalani cerita-cerita seru, mulai dari kelas memasak hingga menjadi relawan yang berprestasi. 

Latar belakang cerita kota yang terus menerus mengalami bencana karena ulah manusia sendiri. Mulai dari gempa, musim dingin, musim panas berkepanjangan. Perubahan iklim ekstrem yang membuat sekelompok ilmuwan yang peduli berkumpul memikirkan keselamatan umat manusia.

Buat kamu yang masih remaja, banyak contoh yang bisa diambil dari kisah Lail dan Esok. 

Nih di antaranya:

1. Jadi jomblo bermartabat

Liat deh Esok, tokoh utama laki-laki di novel ini. Dia tuh tau mana yang lebih penting antara cinta yang belum waktunya dengan fokus menjadi ilmuwan untuk menyelamatkan nyawa penduduk di kotanya.

Terus liat juga tokoh utama wanitanya, Lail. Kalau ditelaah, dia ini telat mengetahui kalau dirinya naksir abis sama Esok. Saat itu, Esok adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi pengganti kedua orang tuanya yang menjadi korban bencana alam. Tapi Lail ngga pernah mencegah Esok untuk mencapai cita-citanya. 
Dan saat mereka berpisah, mereka tetap menjalankan hari-hari mereka dengan kegiatan positif dan berprestasi. 

Tuh.... contoh yang keren kan? Makanya jangan ngegalon mulu, Mblo.

2. Patriotisme

Di novel ini, Esok adalah seorang pemuda yang cerdas. Kemudian dia dipilih bergabung bersama tim ilmuwan. Tim ilmuwan ini adalah kelompok yang netral, ngga ikut-ikutan berpolitik praktis, tapi mereka fokus membuat teknologi-teknologi untuk menyelamatkan umat manusia. 

Begitu pula dengan Lail. Bersama Maryam, ia gabung menjadi sukarelawan. Mereka rela menembus hutan belantara saat hujan di malam hari demi memberi informasi ke sebuah desa nun jauh di sana agar segera mengungsi karena tanggul akan jebol. 

3. Sabar Itu Tiada Habisnya
Tokoh-tokoh di novel ini memiliki kesabaran yang luar biasa. Tapi di antara Esok, Lail dan Maryam, Lail adalah tokoh yang paling rapuh.

Ya yang namanya soal hati itu di mana-mana gampang banget bikin perempuan rapuh. Makanya jangan suka mainin hati perempuan yah! 

Sekian lama Lail menyimpan kesabarannya, akhirnya dia berada di ujung kesabaran dalam memelihara perasaannya terhadap Esok. Kalau dipikir-pikir karena apa Lail seperti itu? Karena Esok itu ngga peka, nyebelin banget kan ngadepin cowo kaya gini. Diem aja, ngga nyatain perasaannya ke Lail. 

Gantung aja gitu. 
Emang dikira perempuan itu cucian basah yang harus digantung terus biar cepet kering? Kasih kepastian dong, biar semua jelas terarah. Biar hubungan ngga stagnan, ngga bikin bimbang, ngga bikin hati bertanya-tanya. 

Dia suka ngga sih, dia sayang ngga sih?
Apa susahnya sih ngomong suka atau sayang dan kepastian? Ya ampuuun.... 
Eh, sorry. Emak baper, Mblo.

Ya gitu deh namanya juga lagi galau jadi Lail memutuskan untuk melupakan semuanya. Terutama melupakan Esok, laki-laki yang membuatnya jatuh cinta.

Jadi kalau jatuh cinta sama orang, kudu sabar ya, Mblo. Apalagi kalau ujung-ujungnya dia ngga jodoh sama kita. Perih sih, tapi yang namanya kenyataan, ya harus diterima.

Cover novelnya cantik, warna biru. Dari pertama lihat, perempuan pasti langsung baper. Begitu saya baca, bapernya bukan ke kisah cinta tokohnya tapi ke bencana alam yang bertubi-tubi. *langsung inget dosa dan mati.





Subscribe to receive free email updates:

1 Response to "RESENSI NOVEL HUJAN TERE LIYE, NASIHAT CINTA PENUH MAKNA"

  1. Saya belum pernah baca karya Tere Liye hehe jadi penasaran nih, tfs mba

    ReplyDelete

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.