Kenapa Harus Menulis Genre Religi?



Niatkan hati untuk belajar karena Allah Ta'ala karena segala sesuatu bisa berawal dari nawaitu-nya.


Menulis genre religi islami memang tidak mudah, gimana mau nulis kalau kita sendiri tidak islami? Pasti muncul pertanyaan seperti itu kan? Tapi siapa tahu dengan niat kita menulis genre ini, kita jadi semakin mengenal Islam. 


Untuk non fiksi pasti beda dengan fiksi. Jika non fiksi, bisa berupa tips, tata cara hidup secara Islam atau bisa juga yang kajian ilmiah.


Karena saya lebih cenderung ke fiksi, jadi saya share tentang apa yang saya ketahui tentang itu. Apa saja yang harus diperhatikan saat menulis genre yang satu ini.


1. Setting.


Tempat dan suasana adalah salah satu faktor penting dalam terbentuknya sebuah tulisan. Lantas suasana seperti apa yang bisa masuk ke dalam nuasa religi, apa harus suasana pondok pesantren? Nggak juga kan? Ada novel Bulan Terbelah Di Langit Amerika dan novel lainnya dari penulis  yang sama. Novel ini tidak memuat pondok pesantren di dalamnya.


2. Tokoh


Penggambaran tokoh bisa mencakup nama tokoh, karakter dan juga alur yang kita buat. Jika tokoh yang terlahir dari keluarga islami kemungkinan bernama islami tapi jika berasal dari keluarga biasa saja atau mungkin yang bukan beragama islam bisa saja tidak memiliki nama islami. Jadi pemilihan nama bisa disesuaikan dengan alur cerita yang dibuat.


3. Gaya bahasa. Yang pasti santun dong. Tapi balik lagi ke isi cerita ya. Kalau tokohnya preman yang akan pensiun, gimana? Yang pasti jangan ada kata makian atau kata-kata kasar di dalamnya, baik itu di narasi atau di dialog. Kamu dituntut untuk kreatif.


4. Isi cerita


Ini adalah inti dari semuanya. Mau bikin religi thiller? Boleh. Ada Pesantren Impian. Religi romance. Banyak. Karya Kang Abik, tidak pernah lekang zaman. Religi tentang santri sukses, malah banyak banget. 


Yang pasti harus lebih banyak memuat sisi kebaikan dan keislamannya.


Jika kamu mau membuat kehidupan tokoh yang belum tobat, jangan terlalu detail memuat kemaksiatan yang tokoh lakukan. Apalagi 17+ dan 21+. Gagal fokus nanti orang. Malah jadi bumerang sendiri nantinya. Banyak naskah religi yang sukses tanpa itu bahkan sampai ke layar lebar.


Kalau sekarang tulisan kita sepi, terus saja menulis. Apalagi kebaikan, pasti akan kembali ke kita.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kenapa Harus Menulis Genre Religi?"

Post a Comment

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.