sumber gambar |
“Lepaskan aku!"
“Diam. Aku telah membayar mahal untukmu!”
Gadis cantik itu meronta, kakinya menendang serta mendorong lelaki tua di depannya .
“Aku ini penari! Bukan penjual diri.”
Gadis itu berlari meninggalkan lelaki yang terjerembab. Untuk kesekian kali dirinya berhasil mempertahankan prinsip lalu berlari pulang. Dengan segala emosi ia mendobrak pintu kontrakan yang ia tempati.
“Re, kau sudah pulang? Apa tugasmu sudah selesai?”
“Cukup, Tante! Aku sudah muak dengan ulahmu.”
“Apa maksudmu?”
“Aku akan pergi.”
“Tunggu! Ini balasanmu? Aku telah membesarkan, merawatmu, membimbing dan menyingkirkan semua sainganmu! ”
“Kau bukan saja merawatku. Tapi juga menjualku pada laki-laki hidung belang.”
Tatap mata mereka bertemu, masing-masing menyimpan bara yang siap membakar kapan pun.
“Lelaki itu produser film, Re. Kau akan meraih mimpimu. Menaklukan Ibukota. Bodoh kau telah melepas kesempatan.”
“Aku tak peduli. Itu mimpi dan khayalanmu.”
“Re, kembali!”
Re tidak mendengar teriakan itu. Ia melangkah, menembus pekatnya malam yang dihias rintikan hujan.
***
Re merenungi nasib.
Ia tertegun. Tak adakah orang yang mencintainya secara tulus?
Re, terus melangkah hingga Raja Siang berada tepat di atas kepala. Ia pun tiba di Kota Karawang. Pandangan tertuju pada sebuah bangunan yang selama ini hanya ia pandangi dari jauh, masjid.
Dengan ragu ia membenarkan jaket, celana panjangnya, melingkarkan selendang di kepala lalu duduk di teras masjid untuk beristirahat. Seorang wanita berkerudung labuh dibantu dengan sepasang kruk menghampirinya.
“Mba, sudah salat?”
Re tertegun. Memandangi wajah wanita yang sepertinya tak asing lagi.
“Belum.”
“Salatlah, ini mukenanya.”
Re menurut, dadanya sesak penuh penyesalan, sekian banyak gerakan tari dapat ia lakukan hingga berjam-jam. Tapi untuk gerakan salat yang tak sampai 10 menit sulit ia lakukan.
“Mba, kenapa bersedih?” sapa perempuan tadi. Re, hanya menggeleng sambil tersenyum.
“Mba, selendangnya bagus. Mengingatkan saya pada masa kecil dulu,” perempuan itu tersenyum sambil menatap selendang di kepala Re, “saya dan Nana, sahabat saya, suka menari, jadi kami beli selendang yang sama motif dan warnanya, persis seperti milikmu, Mba.”
Re mendengarkan dengan heran sambil menatap kruk yang berada di depannya.
“Dulu, sebelum kecelakaan di tangga saat mau naik ke panggung.”
“Temannya bagaimana?”
“Pergi ke Jakarta, mungkin sudah menjadi penari sukses di sana. “
“Lalu kegiatannya sekarang apa, Mba?”
“Ibu rumah tangga dengan dua orang anak, kalau siang dan sore mengajar anak-anak mengaji di sini.”
“Umiiii ....” Beberapa anak berlari kecil lalu mencium tangan wanita itu.
“Saya permisi dulu, Mba. Terima kasih mukenanya. Oya, kehidupanmu jauh lebih baik dari sahabat kecilmu, Mba.”
Re tidak memberi kesempatan wanita itu bertanya lagi, ia segera berlalu dari masjid.
***
“Kau harus berjalan di sebelah kiri tangga, yah.”
Gadis kecil mengangguk mendengarkan arahan sebelum tampil menari di atas panggung bersama seorang temannya pada malam kesenian di balai desa.
Tak lama jerit tangis terdengar, seorang gadis kecil lain terjatuh terguling dari tangga saat menaiki panggung.
“Rena, tak usah kau pedulikan dia, cepat naik. Di baris depan ada Pak Bupati. Kau pasti akan menjadi penari terkenal jika dewasa nanti.”
“Baik, Tante Ve.”
Gadis kecil itu menaiki panggung dan mulai bergoyang mengikuti irama tanpa peduli akan nasib sahabatnya yang terjatuh. Sementara wanita pengasuh yang kini pengganti kedua orang tuanya itu sibuk menyembunyikan botol oli ke dalam tas.
Cerita ya menarik Mak..
ReplyDeletewahhhh ternyata, mereka bertemu kembali ya, yang satu penari yang satu guru, kena batunya karena masa kecil, tapi bukan salah si re ya, bagus mbak cara pemaparannya
ReplyDeleteehee... alurnya saya suka, bunda...
ReplyDeletebeneran dah... syarat makna meski singkat ceritanya, heheeee
pengen banget nulis fiksi euy..daya khayal mesti kuat ya...aku lagi belajar2 nih..termasuk dari tulisan ini..;)) ..eh, tapi ini terinspirasi dari cerita nyatakah..?hehehe
ReplyDeleteRe berganti nama ya mbak? atau Nana bagian dari nama lengkap dari Re? :)
ReplyDelete