Penulis: Tere Liye
Editor: Triana Rahmawati
Halaman: iv + 400; 13,5 x 20,5 cm
Penerbit: Republika Penerbit, Jakarta
Cetakan: 2015
“Kau boleh melupakan Mamak, kau boleh melupakan seluruh kampung ini. Melupakan seluruh didikan yang Mamak berikan. Melupakan agama yang Mamak ajarkan diam-diam jika bapak kau tidak ada di rumah....” Mamak diam sejenak, menyeka hidung, “Mamak tahu kau akan jadi apa di kota sana.... Mamak tahu.... Tapi, tapi apa pun yang akan kau lakukan di sana, berjanjilah, Bujang. Kau tidak akan makan daging babi atau daging anjing. Kau akan menjaga perutmu dari makanan halal dan kotor. Kau juga tidak akan menyentuh tuak dan juga segala minuman yang haram.”
Novel Pulang, Tere Liye hal. 24.
Sebuah pesan seorang ibu yang memiliki firasat akan masa depan anak yang dikandungnya. Pesan yang selalu dipegang erat dan dituruti oleh sang anak hingga akhirnya ia tersesat jauh dan mendapatkan setapak demi setapak jalan untuk kembali---pulang.
Aku tidak takut.
Jika setiap manusia memiliki lima emosi, yaitu bahagia, sedih, takut, jijik dan kemarahan, aku hanya memiliki empat emosi. Aku tidak punya rasa takut. Novel Pulang, Tere Liye hal. 1.
Sebuah novel yang menggambarkan perjalanan seorang bocah talang atau anak desa yang berhasil menaklukan rasa takut pada dirinya. Semua berawal dari sebuah perburuan babi yang telah menjadi hama di desanya. Pertempuran antara anak manusia yang menantang segerombolan babi hutan dengan memasuki sarangnya di dalam hutan belantara kawasan Bukit Barisan.
Perburuan yang dipimpin oleh seorang yang biasa disebut Tauke Muda berasal dari sebuah Kota Provinsi dan juga beberapa anak buahnya, mengajak serta orang kampung dan bocah tersebut. Perburuan berlangsung seru, hingga akhirnya rombongan pemburu terdesak di tengah hutan, beberapa babi yang berhasil dibunuh telah membuat babi jantan yang berukuran sapi dewasa marah, semua rombongan terluka parah, hanya dua orang yang dapat bertahan dalam kondisi layak dalam sebuah pertarungan. Dua orang itu adalah Tauke Muda dan seorang bocah talang yang berusia lima belas tahun. Hingga akhirnya Tauke Muda, satu-satunya orang dewasa itu terpental sejauh dua meter dan terluka parah. Kini, hanya ada sebuah pertarungan, antara babi jantan pemimpin gerombolan babi hutan yang marah berhadapan dengan seorang bocah talang. Bocah itu memiliki sebuah garis keturunan yang mampu menggetarkan seluruh kawasan Pulau Sumatra.
Adalah kakekku jagal masyhur itu. Bisikkan nama kakekku satu kali di lepau tuak, maka satu kota akan memadamkan lampu karena gentar. Sebutkan nama kakekku satu kali di balai bambu, maka satu kota akan bergegas mengunci jendela dan pintu, meringkuk takut di dalam kamar. Novel Pulang, Tere Liye hal. 28.
Malam itu, di tengah hujan, di lereng hutan daerah teritori segerombolan babi , seorang bocah berhasil membuktikan bahwa dadanya telah dibelah dan rasa takut telah dikeluarkan dari sana. Hingga bocah itu mendapatkan sebuah julukan di belakang namanya sendiri. Dialah Bujang---Si Babi Hutan.
Sejak itu Bujang dibawa ke Kota Provinsi oleh Tauke Muda. Bujang bertemu dengan anak-anak seusianya yang diasuh oleh Tauke Muda yang ternyata Tauke Besar---Kepala Keluarga Tong. Bujang berhasil mendapat sahabat, guru dan juga rumah yang seluruh penghuni adalah keluarganya.
Bujang berhasil menunjukan bahwa dirinya berbeda, ia satu-satunya orang yang berhasil memujudkan mimpi Tauke Muda memenuhi ambisi kekuasaan, melebarkan jaringan hingga ke pelosok negeri, bahkan hingga Asia Pasifik. Bujang---Si Babi Hutan berhasil menguasai perekonomian negara dengan otaknya, berani menaklukan semua sistem, baik itu perekonomian atau pun politik.
Perjalanan hidup Bujang setelah menjadi anggota Keluarga Tong penuh dengan perjuangan, intrik, luka, bahkan sebuah pengkhianatan yang berlatar belakang sebuah masa lalu pahit dari salah seorang anggota Keluarga Tong sendiri.
Bagaimana seorang Bujang---Si Babi Hutan, bocah talang dalam mencapai semua ambisi kekuasaan milik Keluarga Tong?
Pengkhianatan seperti apa yang dialami Keluarga Tong, yang berhasil menikam jantung Kepala Keluarga Tong dan juga membuat Bujang kembali menemukan rasa takut dalam dirinya?
Dan, apakah Bujang berhasil menemukan dan menapaki kembali jejak-jejak yang terlihat untuknya pulang atau ia semakin jauh tersesat hingga tak ada lagi tempat untuknya kembali pulang?
Baca juga
Resensi Buku Yang Dapat Mengingatkan Kita Pada Masa Kecil.
Cerita Romance:
Cinta Untuk Hanin
Embun Di Atas Daun Maple
Baca juga
Resensi Buku Yang Dapat Mengingatkan Kita Pada Masa Kecil.
Cerita Romance:
Cinta Untuk Hanin
Embun Di Atas Daun Maple
~ Tema: Novel Pulang karya Tere Liye kali ini memiliki tema unik.
Keluarga Tong tidak hanya menginginkan pendapatan keluarga hanya berasal dari kekerasan tanpa otak. Hingga akhirnya Keluarga Tong berhasil jadi penguasa dengan mengusung sistem shawdow economic di negaranya.
Perseteruan antara dua Keluarga Besar, penguasa perekonomian di negara masing-masing. Bujang, selaku anggota Keluarga Tong menuntut hak atas barang yang dicuri oleh Keluarga Lin asal negeri China.
Perseteruan ini dibungkus oleh kisah asal mula kehidupan Bujang dan juga usaha Bujang mempertahankan sebuah kesetiaan bersama para keluarga dan juga sahabatnya.
~ Tokoh dalam Novel Pulang, Tere Liye
Tokoh Utama: Bujang ; Protogonis
Tokoh Kedua: Tauke Muda / Tauke Besar
Tokoh Ketiga: Kopong, Tuanku Imam, Guru Bushi, Salonga Frans; Tirtagonis
Tokoh Keempat: Baasyir, Putra Keluarga Lin; Antagonis
Tokoh Kelima: Samad, Midah, Si Kembar Kiko & Yuki, White, Parwez, Edwin, Togar.
~ Alur
Novel Pulang, Tere Liye, ini menggunakan alur maju mundur, yang mampu menguras emosi para pembaca. Terutama ketika memasuki bagian kepergian Mamak dan juga Bapak.
Menyingkap Konspirasi Melalui Novel Bulan Terbelah di Langit Amerika
~ Setting Novel Pulang, Tere Liye
Penulis menggunakan setting yang tepat untuk mendukung segala peristiwa disertai dengan deskripsi yang apik hingga mampu membawa pembaca hadir di dalam setiap kejadian. Seperti peristiwa pertarungan dengan babi hutan di tengah hutan belantara lereng Bukit Barisan. Kejadian di desa tempat tinggal Bujang, Mamak dan juga Bapak. Kota Provinsi tempat Bujang bergabung dengan Keluarga Tong, Ibu Kota tempat Bujang merintis pendidikan hingga mampu menguatkan posisi Keluarga Tong sebagai penguasa shadow economic dan berbagai tempat lain yang tidak kalah menarik.
~ Sudut Pandang.
Novel Pulang, Tere Liye ini mengunakan POV 1.
~ Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang dipilih adalah gaya bahasa ringan dan berbobot, membawa membaca semakin penasaran dari awal cerita hingga mencapai klimaks yang disajikan.
~ Keungulan Novel
Tere Liye mampu menyajikan adegan demi adegan dengan detail. Menguras emosi dan juga memilih topik hangat yang sedang berkembang dalam masyarakat yaitu shadow economic. Kalimat demi kalimat tidak dibuat bertele-tele dan tepat pada sasaran tema.
~ Kekurangan Novel
Agak disayangkan pemilihan sudut pandang tidak dilaksanakan dengan baik. Beberapa adegan lepas dari kaidah POV 1 yang terbatas pada pandangan Bujang selaku tokoh utama. Selain itu pada bagian cover tidak mewakili Isi novel tersebut hingga kita teringat semua pepatah, "jangan menilai buku dari sampulnya."
~ Pesan Moral
Novel Pulang, Tere Liye menyampaikan pesan moral yang cukup tegas dalam novel ini bahwa ambisi tak akan pernah memberikan kepuasan.
Bagi kamu pembaca dan juga seorang anak, wajib hukumnya untuk selalu mematuhi pesan ibumu di mana pun kamu berada.
Dan, jika kamu seorang pembaca dan juga seorang ibu, jangan pernah lelah mendoakan anakmu. Hingga anakmu dapat menemukan kembali jalan untuk pulang.
~ Kesimpulan
Novel Pulang, Tere Liye, ini mampu memberikan pandangan tentang dunia abu-abu yang selama ini diragukan keberadaannya. Selain itu, penulis juga mampu membuktikan kualitas penulis dalam negeri yang setara dengan penulis-penulis luar negeri. Hal ini dibuktikan dengan naik cetaknya novel ini sembilan kali dalam satu tahun.
seru ga mbak novel pulang? aq udahh jarang beli buku skrg.. heu
ReplyDeleteSeru novelnya, udah baca dan saya sukaaa
ReplyDelete