DNA dan Shalat (2)

Fungsi DNA dan Shalat.


Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa DNA merupakan ‘perpustakaan’ yang menyimpan seluruh informasi makhluk hidup. Dalam Forensik, dari DNA inilah mereka dapat mengindentifikasi kemungkinan tersangka yang tertinggal di lokasi tempat kejadian. Entah berupa darah, sperma, air liur, rambut atau apapun dari anggota tubuh. 

Masih banyak lagi fungsi DNA, tapi di sini saya hanya membahas yang berhubungan dengan shalat. DNA merupakan pengontrol aktivitas hidup secara langsung maupun tidak langsung atau pembawa sifat. DNA dipengaruhi  makanan, kebiasaan harian, pendengaran, apa yang dilihat, perkataan, perbuatan bahkan pikiran.

Dan shalat adalah stimulasi yang sangat utama untuk membentuk karakter DNA atau pribadi uswatun hasanah. Karena di dalam shalat ada niat (yang baik), ucapan (bacaan shalat/dzikir), usaha (gerak-gerik dalam salat), doa (harapan yang terpatri dalam sanubari), kebersihan, kepatuhan (pada tuntutan shalat), bersabar (untuk taat), telinga (mendengar apa yang diucapkan dalam shalat), mata (fokus ke tempat sujud) perhatian (terhadap waktu dan kewajiban), konsentrasi (penyelarasan antara doa dan gerak-gerik), dan masih banyak kegiatan postif dalam shalat yang semuanya memetakan karakter DNA  atau perilaku.  
Kondisi ini dapat dihubungkan juga dengan kenapa diwajibkannya bagi laki-laki muslim shalat fardhu berjamaah di mesjid?
Salah satu hikmahnya, karena laki-laki tidak lepas dengan namanya kepimpinan dan dipimpin.
Di wajibkan salat berjamaah, hal ini menggambarkan bahwa mesjid adalah tempat yang harus dimakmurkan oleh warga muslim setempat dan menanamkan ‘rasa memiliki’ terhadap mesjidnya.
Di sunnahkan ke mesjid dengan berjalan kaki, adalah titik awal atau landas pacu untuk menanamkan peduli terhadap kemaslahatan di lingkungan setempat dan merangsang rasa syukur kepada Allah.yang telah mengaruniakan serangkaian saraf motorik, keseimbangan, tulang, sendi, otot-otot rangka yang saling berkordinasi sehingga bisa bekerja melayani.
Dalam berjamaah, menjadi seorang imam, mengintegrasikan bagaimana menjadi seorang pemimpin. Bagaimana seharusnya ia peduli dan memperhatikan kondisi makmumnya satu persatu, ada yang muda dan yang tua, ada yang sehat dan adapula yang sudah mulai uzur, di sini ia dituntut untuk bijak dalam memilih surah yang kelak ia baca. Imam juga dituntut untuk merapikan barisan sehingga makmumnya bisa shalat dengan tertib dan tidak berselisih.
Menjadi seorang makmum, mengintegrasikan bagaimana seharusnya menjadi seorang bawahan. Di dalam shalat diajarkan bagaimana ia harus patuh pada imam dan tidak boleh mendahului imam. Makmum juga dilatih bagaimana ia harus berani mengingatkan imam/pemimpin, jika imam telah melakukan kesalahan dan belajar bersabar bagaimana pun kondisi imam, kadang bertemu dengan imam yang sangat lambat atau malah sebaliknya super cepat (selama masih dalam batas thuma’ninah).
Di dalam shalat berjamaah dilatih bagaimana agar selalu kompak dengan posisi yang harus sejajar. Tidak bolah ada yang lebih atau lebih mundur, tidak terlalu jarang, juga tidak terlalu rapat sehingga mengganggu teman di sampingnya. Tidak memandang pangkat jabatan atau tingginya status sosial, semua dipandang sama. Kecuali kepada ilmu agama dan ketaatan, mereka disuruh mengisi pada saf pertama dibandingkan bapak gebernur tapi ilmu agamanya nihil.
Shalat berjamaah juga diajarkan peduli terhadap jamaah lain. Sebagaimana kebiasaan Rasulullah dan para khulafaur rasyidin. Mereka selalu memperhatikan keadaan makmumnya, jika ada yang satu makmum tidak hadir,  maka mereka akan mencari penyebabnya. Mereka akan mengunjungi jika makmum tersebut sakit dan akan menasehati atau memotivasi jika makmum lagi futur iman.
Dan mungkin masih banyak lagi stimulasi yang sangat penting yang ada di dalam shalat. Atas perintah DNA semua sel mendorong untuk melakukan semua perintah Allah baik masalah ibadah kepada Allah atau uswatun hasanah sebagai makhluk sosial.
Hati akan mengirimkan sinyal peringatan, jika mata melihat suatu kemaksiatan atau telinga mendengar suatu kemaksiatan dan begitu juga anggota tubuh lainnya. Sehingga akal memerintah untuk menghindari dari perbuatan-perbuatan kemaksiatan atau kesia-siaan.
Maka di sinilah kita temukan, kenapa shalat itu bisa mencegah perbuatan keji dan munkar sebagaimana dalam surah Al-Ankabut ayat 45. Di dalam surah Al-mu’minun dijelaskan orang yang menjaga shalat mereka mampu menghindari perkara yang sia-sia, memelihara diri dari zina, amanat dan menenpati janji. Sedangkan dalam surah Al-Ma’arij bahwa orang yang menjaga shalat tidak akan mengeluh, berkeluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan kikir jika mendapatkan kebaikan (baik harta, ilmu maupun raga).
Diperintahkan latihan lima kali sehari karena memang sangat jarang terjadi perubahan instan. Memperbarui software dalam android saja diperlukan kadang diperlukan beberapa menit, terlebih lagi jika ada gangguan koneksi.
Begitu juga dengan perubahan perilaku, perlu diperlukan kesabaran dan ketelatenan dalam menantikan hasil, terlebih lagi jika selesai shalat kita akan dihadapkan lagi oleh urusan duniawi yang semua itu akan mempengaruhi koneksi untuk pembaruan.
Di sisi lain, ketika pikiran dan anggota tubuh harus berhadapan dengan keduniawian, maka itu pun akan memberi ‘warna’ pada karakter DNA. Maka ini dapat dihubungkan lagi dengan hadits, yang mengatakan yang shalat itu bagaikan memiliki sungai di muka rumahnya. Jika ia mandi, maka badannya akan bersih. Walaupun nanti harus dihadapkan dengan pekerjaan yang akan membuatnya kotor, dengan mandi ia akan bersih lagi. Begitulah pembentukan karakter DNA.

Lalu bagaimana pula dengan orang yang shalat bahkan berjamaah lima kali sehari tapi masih saja melakukan kemaksiatan? Tangannya masih mencuri, mulutnya masih suka nyebarin gossip, matanya suka melihat yang bening and mulus, dll.

Tapi, istirahat dulu, ya.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "DNA dan Shalat (2)"

  1. nice post... jadi nambah pengetahuan, kalo sudah sampai ke taraf pemahaman spt itu, mungkin kita bukan hanya memandang shalat sbg suatu kewajiban ya, tapi sudah menjadi kebutuhan yg mutlak diperlukan utk menjaga keseimbangan hidup...

    ReplyDelete
  2. Jadi tahu bahwa pikiran dan anggota tubuh yang berhadapan dengan keduniawian berpengaruh pada karakter DNA.
    Postingan yang bagus, jadi menambah wawasan pembacanya.
    Terima kasih telah berbagi, salam!

    ReplyDelete

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.