DNA dan Shalat (3)

Biar nyambung lihat dulu di sini.



Jika shalat kita membentuk karakter DNA yang akhirnya membentuk prilaku kita, sehingga shalat kita mencegah perbuatan keji dan munkar bahkan perbuatan sia-sia, lalu kenapa shalat kita masih belum bisa menghilangkan perbuatan keji dan munkar? Mulut kita masih suka nggegosip dan bawel? Mata kita masih sulit memalingkan dari yang kencrong-kencrong?
  


Di sini kadang sering menimbulkan presepsi yang salah. Umat Islam banyak yang korupsi, umat Islam banyak ini dan itu, dan semua hal yang berbau negative, lalu memandang miring aturan-aturan agama. Berjilbab tapi bla bla, untuk apa? Shalat masih mencuri, uang rakyat pula?


Semua dalam aturan agama, tidak ada yang tidak bermafaat dan sia-sia. Manfaat dari aplikasi tersebut pasti terjadi asal kodenya benar, kesesuaian perangkatnya benar dan koneksinya tidak ada hambatan (nyasar ya).  Begitu juga halnya shalat, pasti bermanfaat, terlebih ada hubungannya dengan DNA (semua orang punya DNA), hard disknya  manusia. Karena itu, jika shalat kita belum memalingkan dari si kencrong, dari si om laghwu, dari si tante cek ricek, maka perlu kita perhatikan kode-kode dan peraturan aplikasi shalat kita (ini bicara shalat apa software sih?)

Shalat merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan seluruh anggota badan kita. Dari niat, hati, badan, tangan, kepala, mulut, mata, telinga, pokoknya semua nya dih. Nah, semua kegiatan yang gerakan anggota tubuh, nantinya akan berimbas positif pada prilaku.

Jadi, semua cara itu harus benar, agar benar-benar sinkron atau tidak eror. Jika mulut kita bawel dan suka nggegosip, perhatikan bacaan shalat yang kita ucapkan.  Sudah benar apa belum? Yang paling penting (bukan bermaksud mengabaikan yang lainnya) adalah bacaan Fatihah dan Tahiyyat akhir, karena kedua bacaan tersebut adalah rukun qauliyah/bacaan. Jadi pengucapannya harus benar.

Tidaknya salahnya jika kita perdengarkan bacaan kita kepada orang yang fasih bacaan Al-Qur’an, beruntung sekali jika memiliki pasangan atau anak-anak yang fasih bacaan Al-Qur’an.

Telinga kita juga, pastikan mendengar apa yang dibaca! Dalam hal ini pastikan bacaan shalat diucapkan dengan lirih, yang didengar oleh telinga kita sendiri. Biasanya jika telinga kita mendengar apa yang dibaca, maka akan mudah sinkron ke hati. Kelalaian dalam shalat, kadang karena kita memang tidak perduli, tidak mau tau dengan bacaan yang diucapkan oleh mulut.

Pandangan mata kita, sudah tepatkah pada letak sujud kita? Mengangkat tangan sudah benarkah? Sujudnya sudah benarkah? Rukuk kita? Duduk tahiyyat kita? Dan hati pastikan sinkron dengan semua gerakan dan ucapan!

Nah, dalam mengatasi masalah-masalah seperti ini, kita harus belajar bacaan dan tata cara shalat kepada yang bisa atau seorang ustadz bagi laki-laki dan ustdzah bagi perempuan. Ini harus kita perhatikan, jangan sampai kita shalat lima kali sehari sampai sepuluh tahun, tapi tidak ada satu shalat pun yang bisa mencegah kita dari perbuatan keji munkar.


Yuk, mari kita perbaiki shalat kita! 


Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "DNA dan Shalat (3)"

  1. Klo tepat waktu pikiran jadi adem ya

    ReplyDelete
  2. ia ya. mungkin karena sering melamun waktu solat. gimana mau jadi obat solat itu sementara solatnya ngelamun. ;((

    ReplyDelete
  3. @Gustyanita Pratiwi

    :) waktu dan semua tata cara shalatnya.

    ReplyDelete

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.