Gumara Vs Bunda.
Oleh Anggarani Ahliah Citra
“Ciiaaaat ..., ayo, Dek. Kita berantem-beranteman. Kakak jadi Gumara yah.”
Bunda melihat Ashila dan Alfa bermain di ruang tamu, sesekali tertawa tetapi kadang juga khawatir.
“Kakak, kan perempuan, kenapa sih sukanya main berantem-beranteman? Hati-hati ah, nanti jadi beneran.”
“Tapi kan Adek laki-laki, Bunda. Jadi gapapalah kita main berantem-beranteman. Ayo lagi, Dek.”
“Sudah yuk, main yang lain saja. Kakak ada PR kan dari sekolah? Kita kerjain yuk.”
“Ga mau ah, Bund. Adek aja tuh yang ngerjain.”
Bunda kaget mendengar jawaban Ashila. Alfa kan masih tiga tahun dan belum sekolah. Lagipula PR itu kan harus dikerjain sendiri.
“Ga bisa gitu, Kakak. Ayo kerjain dulu, Bunda ajarin, yuk. Kakak kerjain PR, Adek belajar
menggambar.” Bunda mengambil perlengkapan belajar Ashila yang sekarang duduk di kelas TK B sedang Ashila masih sibuk dengan jurus-jurus yang ia dapatkan dari sinetron kesukaannya. Dengan perlahan Bunda membujuk agar ia mau mengerjakan PR.
“Sini, Kak. Tuh Adek udah mulai menggambarnya.”
“Iiih, Bunda. Nanti malem aja belajarnya.”
“Sekarang, Sayang.”
Ashila duduk di samping Bunda sambil cemberut. Kadang melirik Bunda dengan tatapan tidak suka.
“Setelah ngerjain PR, nanti kita main lagi yah.”
Ashila terdiam dan bertambah cemberut. Diambilnya pensil dan buku, lalu dengan perlahan mulai menulis. Bunda sesekali melihat ke buku Ashila dan juga Alfa, sesaat suasana hening karena masing-masing sibuk dengan bukunya. Ashila menempelkan pipinya ke tangan kiri di atas meja, ia asyik dengan pensil di tangan kanannya.
“Sudah selesai, Sayang?”
“Bundaaa, jangan liaaat. Belum selesaaai.”
Bunda berhasil mengambil buku tulis dari tangan Ashila, lalu Bunda menarik napas panjang.
“Duh, Kakaaak. Nulis apa sih, nih? Coba Kakak baca!”
Bibir Ashila semakin maju, perlahan ia mulai membaca tulisan yang ia buat sendiri.
“Aku sayang Gumara.”
“Ih, Kakak. Emang Kakak kenal sama Gumara?”
“Kenal, dia kan jagoan. Pinter berantem, cakep lagi.”
“Kalau sama Ayah dan Bunda, Kakak sayang ngga?”
Ashila terdiam dan tidak mau menatap Bunda.
“Ya sudah. Sekarang Kakak kerjain PR nya yah. Yang bener, kalau ngga, nanti Bunda marah!"
Ashila menurut, ia mulai mengerjakan PR nya hingga selesai.
Malam hari telah tiba. Seperti biasa Ashila sudah berada di depan TV. Ashila serius sambil mengikuti gerakan-gerakan pada serial TV itu.
“Kakak, sudah malam, bobo yah.”
“Nanti, Bunda. Lagi seru nih.”
Bunda hanya bisa terdiam sambil memandang Alfa yang sudah terlelap. Jika Bunda memaksa mematikan TV maka Ashila menangis keras sekali dan dilanjutkan sampai pagi.
~O~
“Kakak, ayo bangun. Sekolah, Sayang. Sudah siang. Ayah saja sudah berangkat ke kantor.”
Ashila tetap meringkuk. Bunda membangunkannya berulang kali. Bunda memegang kening Ashila.
“Kakak, badan kamu panas sekali ....”
Bunda segera membawa Ashila ke klinik terdekat, setelah menyempatkan diri salat dan berdoa, meminta kesembuhan Ashila.
Setibanya di klinik, Ashila segera diperiksa oleh Ibu Dokter.
“Kamu harus banyak istirahat yah, Anak Manis. Jangan tidur terlalu malam!”
Ashila mengangguk sambil memeluk Bunda.
~O~
Setelah dua hari, demam Ashila reda. Ia kembali ceria, bermain bersama Alfa dan juga mulai masuk sekolah.
“Bunda, baca deh tulisan Kakak.”
Ashila memperlihatkan halaman buku yang terdapat tulisannya besar-besar saat istirahat di sekolah.
“Ashila Sayang Bunda. Bener sayang Bunda? Bukan sayang Gumara?”
Bunda bertanya sambil tersenyum lalu memangku Ashila.
“Iya, Bunda. Kakak sayangnya sama Bunda, bukan sama Gumara. Gara-gara nonton Gumara sampai malam Kakak jadi demam. Maafin Kakak ya, Bunda.”
Ashila memeluk dan disambut kecupan hangat dari Bunda.
0 Response to "Bunda Vs Gumara"
Post a Comment
Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.