Aku suka menulis. Menulis apa saja, tak perduli seberapa kualitas tulisan itu, yang penting aku telah memuntahkan ide yang mengganggu pikiran.
Seiring berjalan waktu, ternyata aku membutuhkan halaman yang
lebih luas untuk menulis. Dulu menulis status di facebook, lalu beralih ke
blog. Ternyata jiwa menulis menuntut yang lebih lagi. Jiwaku menginginkan
menulis buku. Tapi, bagaimana caranya? Selama ini aku menulis seenak diri. Tak
perduli tema yang kadaluarsa, tak perduli norma EYD, ko tiba-tiba ingin menulis
buku.
Tuntutan jiwa terus bergolak. Akhirnya aku mencoba memberi peluang bagi jiwa. Berteman
dengan para penulis di dunia maya adalah salah satu pintu itu. Senangnya bukan kepalang, jika mereka mengkonfirmasi permintaan pertemananku. Bagiku
berteman dengan seorang penulis berasa lebih keren dari pada berteman dengan
artis sekalipun.
Hari-hari aku mendapatkan motivasi dan pelajaran dari mereka,
namun kadang juga tak jarang membuatku tersentil. Sedih. Setiap saat berlalu lalang
karya-karya buku di beranda facebookku. Tentu saja ini membuatku sedih.
Teman-teman selalu mempublish karya mereka. 1, 2 dan kadang tak berbilang.
Sedangkan aku? Satu pun tidak ada.
Selama ini aku selalu bisa menghibur diri. Itu rezeki mereka
atau aku juga mempunyai kehidupan yang juga tak kalah beruntungnya dengan
mereka dan bla bla. Atau aku beralasan terlalu sibuk dan memiliki daya tahan
tubuh yang rendah sehingga tak bisa bekerja keras seperti mereka. Tapi,
sampai kapan aku bisa beralasan dan menghibur diri? Sedangkan jiwa ini ingin
terus menulis. Daftar judul di bank ide selalu memanggil jiwaku, tapi kenapa tak bisa jua bergerak?
Maka mulai sekarang, aku harus #BeraniLebih berhenti
menghibur diri dan terlalu beralasan.
Mulai sekarang, aku harus #BeraniLebih bekerja keras, membagi waktu dengan cermat dan mengubah kebiasaan. Mengubah kebiasaan?
Mulai sekarang, aku harus #BeraniLebih bekerja keras, membagi waktu dengan cermat dan mengubah kebiasaan. Mengubah kebiasaan?
Ya, mengubah kebiasaan yang tadinya suka jajan atau cemil,
maka harus dialihkan kepada membeli buah, susu dan makanan bergizi lainnya,
agar keseimbangan tubuh tetap terjaga.
Membatasi kebiasaan yang suka berselancar di dunia maya. #BeraniLebih,
membolehkan diri berselancar, chatingan atau apa pun kalau sudah menulis. Jika
tidak ada tulisan, jangan harap bisa berselancar. Wow, ganas. Apa boleh buat,
aku harus #BeraniLebih.
Meluangkan waktu sejam khusus untuk menulis dan mematikan
sambungan ke internet, agar menulis tetap fokus.
#BeraniLebih, melebihkan porsi waktu untuk membaca dari pada
berselancar yang tidak jelas, karena otakku membutuhkan nutrisi wawasan.
#BeraniLebih, membuka diri untuk bersosialisasi dengan para
penulis, agar aku terus dapat menyerap berbagai informasi seputar kepenulisan.
#BeraniLebih, dikritik dan dikasih masukan agar tulisanku
lebih bagus dan lebih layak diterbitkan.
Ya, mulai sekarang, aku harus #BeraniLebih, mengatasi
kebiaaan buruk dan bekerja keras. Semoga suatu saat, ada buku yang lahir dari
inspirasi dan tanganku. Aamiin.
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih"
Facebook : Ummu ElNurien
twitter: Ummu El Nurien
Tulisan ini diikutsertakan dalam "Kompetisi Tulisan Pendek #BeraniLebih"
Facebook : Ummu ElNurien
twitter: Ummu El Nurien
Menulis di blog memang lebih seru... Betul kan mbak...
ReplyDeleteIya, Adi Pradana :) dan insya Allah, juga bermanfaat
ReplyDelete