Jarak Antara Perpisahan, Kepergian & Keikhlasan

Jarak Antara Perpisahan, Kepergian & Keikhlasan

Hari ini, bada ashar masjid di dekat rumah kembali menggelar sholat jenazah.  Ngga, tempat tinggal saya ngga dilanda sebuah wabah yang mematikan koq. 

Setiap hari pasti ada kematian dan kelahiran. Pun dalam kehidupan kita, ada yang datang kemudian pergi. 

Mungkin tulisan ini ngga akan memberi solusi atau apa pun. Saya hanya sedang mencoba berteriak pada diri saya bahwa apa pun yang ada di dunia ini ngga ada yang abadi. 

Cinta, kekasih, orang tua, masa muda, suami / istri, anak-anak pada saatnya nanti mereka akan pergi. Siap ngga siap. Hanya soal siapa yang akan meninggalkan siapa terlebih dahulu. 

Kita ngga akan bisa mencegah kepergian seseorang. Seberapa besarnya cinta yang kita miliki untuknya. Jika memang sudah saatnya berpisah, sekuat apa pun kita berusaha tetap saja kita ngga bisa mencegahnya.



Pernah ngga kita pikirkan berapa kali kita mengalami kehilangan? Baik secara langsung atau ngga langsung. 

Dulu, saat masih muda, saya sempat berpikir bahwa saya ngga akan pernah meninggalkan kedua orang tua saya. Walau pun sempat terpikir untuk kost karena saat itu mendapatkan kantor yang jauh dari rumah. Tapi tetap akhirnya ngga jadi.

Mind power mungkin yah. Apa yang kita pikirkan akan masuk ke alam bawah sadar kita dan akhirnya menjadi jalan takdir yang harus kita jalani. 

Tapi kemudian masa perpisahan pun tiba. Pertama ibu saya pergi, saat kepergiannya bapak saya terkena stroke ringan kemudian lambat laun bertambah parah. Mengingat hal ini, saya jadi kembali berpikir. Seberapa besarkah cinta di antara mereka sehingga kepergian salah satunya harus meninggalkan sebuah penderitaan untuk yang ditinggalkan? Apakah cinta atau perpisahan yang begitu menyakitkan?

Saya pun kembali berpikir, seberapa besar kesiapan saya jika harus melepaskan sesuatu yang saya cintai? Apakah ada sebuah ruang kosong di hati ini yang terisi sedikit keikhlasan jika saat itu tiba nantinya?

Walau bagaimana pun perpisahan itu sebuah kepastian. Sayangnya saya ngga pernah tahu kapan waktunya datang, hingga terlena untuk terlalu begitu mencintai sesuatu yang nantinya ngga akan pernah abadi menjadi bagian dari diri ini. 

Dan ikhlas bukanlah satu pelajaran yang mudah, maka lebih baik saya bersiap, belajar melepaskan cinta pada dunia secara sedikit demi sedikit. Mempersiapkan diri lebih baik lagi karena bisa saja kan saya yang akan meninggal terlebih dahulu.

Subscribe to receive free email updates:

3 Responses to "Jarak Antara Perpisahan, Kepergian & Keikhlasan"

  1. waktu baca kalimat awal, kupikir ini cerpen.

    memang, kepergian dan kehilangan itu sebuah kepastian. meski kadang datangnya di saat kita belum bersiap.

    ReplyDelete
  2. Semoga perpisahan yang terjadi itu tetap memberikan kekuatan untuk selalu bisa melangkah ya mba. Walau iklas tak mudah tapi harus dilakukan mba

    ReplyDelete
  3. Bener banget mba.ikhlas itu tidak semudah penyebutannya

    ReplyDelete

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.