Rumah adalah sebaik-baiknya tempat bagi perempuan. Tempat untuk berlindung, tempat berkreasi mewujudkan segala cinta yang dimiliki dan juga tempat untuknya berjalan, menapaki masa depan bersama orang-orang yang ia cintai.
Berada di dalam rumah adalah sebuah pilihan dan inilah yang saya lakukan. Ketika usia kehamilan putri pertama saya menginjak dua minggu, saya dan suami memutuskan agar saya berhenti bekerja, fokus pada urusan rumah tangga. Banyak yang berpikir hal ini pasti akan sangat membosankan, begitu pun saya. Memang pada saat awal memutuskan berhenti bekerja saya ragu dan selalu memikirkan hal itu, tapi sekarang, setelah menjalani semuanya justru saya menemukan banyak kebahagiaan, karena dalam setiap detail perjalanan rumah tangga ada sebuah proses kehidupan yang harus selalu disyukuri.
#Bahagiadirumah banyak saya rasakan, seperti:
- Mendapatkan Perlindungan Dan Juga Melindungi Anak-Anak
Berada di rumah tentu saja jauh lebih aman. Saya dapat mengatur waktu saya dengan lebih leluasa. Jika dulu saat bekerja saya harus pulang malam, kini tidak lagi. Rumah tempat saya dan anak-anak berlindung dari kejahatan malam hari dan juga yang lainnya.
- Menjadi Seorang Perempuan Yang Semakin Berilmu
Banyak hal di dalam rumah yang menjadikan saya semakin pintar. Misalnya saja, semakin pintar memasak karena anak-anak meminta satu menu masakan yang mereka lihat dari televisi atau pun yang mereka rasakan saat kami makan bersama di luar rumah. Begitu pula saat mendampingi anak saya belajar. Latar belakang pendidikan saya dan suami saya adalah pendidikan umum dan saat ini putri saya sekolah di sebuah madrasah, tentu saja ada beberapa materi yang baru pertama kali saya temui, seperti pelajaran Bahasa Arab. Hal ini membuat saya ikut mempelajari Bahasa Arab dan juga menghafal Al-Qur’an bersama putri saya.
- Berhasil Menjadi Ahli Keuangan
Saat berada di masa transisi, saya sering sekali gagal mengelola keuangan rumah tangga dengan baik. Karena terbiasa memegang uang dan menggunakannya untuk diri sendiri. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, saya berhasil mengelola uang belanja secara baik dan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan. Karena berada di posisi seorang istri mewajibkan saya agar mengatur roda keuangan keluarga dengan baik.
- Melihat Senyum Keluarga
Hal-hal kecil bisa menjadi sesuatu yang membahagiakan seorang ibu. Seperti saat anak-anak tersenyum dan tertawa ketika bermain dan belajar juga saat suami merasa senang dengan hidangan sederhana yang disajikan.
- Berhasil Mendapatkan Solusi dan Jalan Keluar Dari Masalah Dalam Keluarga
Hidup tidaklah selalu mulus. Saat masih sendiri, hidup kerap mendapatkan cobaan. Begitu pula saat memasuki kehidupan rumah tangga. Sebuah masalah akan hadir satu per satu, jika tidak ditanggapi dengan cara yang bijak tentu saja menjadi gunungan masalah yang rawan akan musibah. Memang tidak mudah menyatukan dua karakter yang berbeda, tetapi dua pemikiran jika digunakan dengan bijaksana melalui musyawarah, dapat membuka berbagai pintu masalah yang menghadang.
- Dapat Merawat Orang Tua
Hingga saat ini saya dan keluarga kecil saya masih menempati rumah orang tua saya. Jauh sebelum menikah, Ibu saya menderita diabetes. Hal itulah yang sebenarnya memberatkan saya untuk menikah. Satu sisi saya berpikir, jika saya menikah, saya pasti akan dibawa oleh suami dan itu artinya akan meninggalkan orang tua. Karena suami telah memiliki sebuah rumah kecil untuk kami tempati.
Saat memasuki dua bulan pernikahan, Ibu dipanggil Yang Maha Kuasa, Ayah saya merasakan pukulan dalam hidup hingga tak dapat melawan saat stroke menghampirinya. Tapi, Allah SWT memberikan jalan pada saya. Dari awal suami bersedia menempati rumah orang tua saya dengan niat mempermudah saya merawat Ibu, dan hingga kini saya masih merawat Ayah. Rumah kecil milik suami, kami sewakan pada orang lain dan uangnya untuk tambahan sehari-sehari.
Kami juga mengatur jadwal tertentu untuk mengunjungi orang tua suami bersama anak-anak, beruntung lokasinya sama-sama di Jakarta hingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu lama untuk perjalanan.
Saat memasuki dua bulan pernikahan, Ibu dipanggil Yang Maha Kuasa, Ayah saya merasakan pukulan dalam hidup hingga tak dapat melawan saat stroke menghampirinya. Tapi, Allah SWT memberikan jalan pada saya. Dari awal suami bersedia menempati rumah orang tua saya dengan niat mempermudah saya merawat Ibu, dan hingga kini saya masih merawat Ayah. Rumah kecil milik suami, kami sewakan pada orang lain dan uangnya untuk tambahan sehari-sehari.
Kami juga mengatur jadwal tertentu untuk mengunjungi orang tua suami bersama anak-anak, beruntung lokasinya sama-sama di Jakarta hingga tidak terlalu banyak menghabiskan waktu lama untuk perjalanan.
- Tidur, Menulis dan Membaca Setelah Semua Pekerjaan Rumah Tangga Selesai
Tidak perlu diragukan lagi betapa padatnya jadwal seorang ibu rumah tangga dengan dua anak. Tetapi, tentu saja perlu menjaga kesehatan jiwa dan raga saya sendiri. Tidur nyenyak setelah semua kewajiban selesai adalah kebahagiaan tak terkira, begitu pula dengan menulis. Menulis di blog memerlukan waktu dan ketenangan agar dapat menikmatinya. Juga diri ini perlu asupan nutrisi untuk otak agar tidak merasa terbebani dengan segala kesibukan rumah tangga, salah satunya dengan membaca.
- Meresapi Cinta Dalam Pernikahan
Cinta dalam pernikahan bukanlah sekedar memberi atau mencari perhatian. Cinta dalam pernikahan juga mewajibkan kita mewujudkan semua perhatian menjadi sebuah kewajiban. Melengkapi kekurangan satu sama lain. Menjadi pegangan jika salah satu sedang terjatuh. Menentukan langkah dan berjalan beriringan menuju masa depan. Bekerja sama dalam menyempurnakan tegaknya setengah tiang dari agama.
iya setuju mba... Mencari bahagia itu sebenarnya sederhana... banyak hal di sekitar yang membuat kita bahagia, hanya saja terkadang kita lupa...
ReplyDeleteIya, Mba Ira. Hal kecil itu banyak yang menyenangkan
DeleteMelihat anak tersenyum sudah merupakan kebahagiaan bagi orangtua ya mba :)
ReplyDeleteah saya suka bagian merawat orang tua mbak, itu sebabnya rumah saya deket sama rumah ortu
ReplyDeleteTinggal di rumah yang penuh kebahagiaan pasti berasa di surga (dunia), ya, Mbak.. :)
ReplyDeleteaih meresapi cinta...serasa pengantin baru #eh
ReplyDelete