Ketika Iri Hati Menyerang



gambar by. Gugel


Assalamualaikum, Sahabat El & Rani.
Berada di berbagai macam lingkungan itu nano-nano banget rasanya. Apalagi zaman sekarang, biar pun kita berada di dalam rumah, tapi pengetahuan kita bisa sampai kutub utara.
Ya kan?

Segala macam informasi bisa kita dapat dengan mudah melalui dunia maya. Tanpa saringan lho...
Jadi harus bawa saringan sendiri-sendiri yah.

Soalnya kalau kita ga hati-hati, ada risiko yang mengancam hati kita. Misalnya di fb, berbagai macam status lewat. Dari yang sekedar meluapkan kegembiraan dengan menuliskan hal-hal yang telah didapatkan.

Misalnya...
Alhamdulillah, udah bisa ngebangun rumah tingkat 13.

Atau...
Alhamdulillah udah bisa beli mobil separkiran timur senayan.
Duh, hiperbola banget...
Pokoknya banyak deh, ngerti kan maksudnya?

Kita kan ga bisa ngelarang seseorang menulis apa pun di fb atau pun blog yang mereka punya. Mau sewot yah akhirnya di dalam hati aja kan?

Nah, yang seperti itu harus kita waspadai. Yaitu perasaan diri kita sendiri. Jangan sampai lama kelamaan tumbuh rasa iri terhadap orang lain karena rasa iri yang tumbuh pun kecil-kecil lama-lama bisa jadi bukit lho.

Kalau timbang orang nulis kebahagiaan tentang hasil usaha, prestasi, atau kebahagiaan lainnya, udahlah kita ikut bahagia aja. Karena memang itu sudah menjadi ketentuan yang telah ditetapkan oleh-Nya.

Kita juga bisa koq menulis hal yang demikian, tapi lebih baik dipertimbangkan lagi. Adakah manfaat yang akan didapat oleh pembaca, atau jangan-jangan kita telah memupuk rasa iri hati pada orang lain? Sebaiknya dihindari yah.

Coba deh simak yang satu ini.
Dari Ibnu Mas'ud r.a berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, " Tidak boleh hasad (iri hati) kecuali pada dua hal yaitu pertama: kepada seseorang yang telah dikaruniai harta kekayaan oleh Allah SWT dan ia diberi kekuatan untuk membelanjakannya di jalan yang benar karena Allah SWT. Dan yang kedua kepada seseorang yang dikaruniai hikmah oleh Allah SWT, lalu ia memutuskan perkara berdasarkan hikmah (ilmunya) dan ia mengajarkan ilmu/hikmahnya itu kepada orang lain.
(HR. Bukhari)

Nah, jadi ga usah deh kita, eh, saya yah .... iri-iri ga penting lagi. Soalnya kan udah tahu tuh hal apa yang diperboleh-kan untuk iri hati.

Subscribe to receive free email updates:

5 Responses to "Ketika Iri Hati Menyerang"

  1. saya setuju banget mba, kadang saya juga bukan nya iri tapi risih juga kalo sudah ada orang yang bikin status di medsos segala di tulis, pamer ini dan itu, makanya saya sekarang lebih berhati-hati aja, cukup jadi silent reader aja

    ReplyDelete
    Replies
    1. Manusiawi, Mba Devina.

      Tapi kita harus cari aman untuk.diri sendiri yah.

      Silent reader its gut cois

      Delete
  2. Ini tulisan kedua yang menguatkan bakal tulisan kisah inspiratif saya tentang Mensucikan Niat. Tak jadikan link hidup, ya? Mungkin dua hari lagi, atau sehari kelar. Syukron.

    ReplyDelete
  3. ah , iri memang manusiawi tapi bagaimana cara kita bisa menghilangkan rasa iri itulah yg penting. Kalau aku sih lihat org posting hal2 yg begituan gak bikin aku iri atau merasa orang itu pamer. Biasa saja krn hidupku akan terkotori dg pikiran yg jelek

    ReplyDelete

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.