Cinta Nirwana



Pangeran Nirwana bungkam seribu bahasa. Ia tidak tau lagi harus berbuat apa. Tangannya membelai-belai rambut Putri Nirwana yang menangis di bahunya.
 “Kumohon, bawa aku pergi. Aku sudah tidak tahan lagi dengan keadaan ini. Aku tak bisa hidup tanpamu.”
Hatinya semakin remuk redam ketika melihat wajah Putri Nirmala yang sembab dengan mata membengkak. Ingin sekali ia menghancurkan tembok kesombongan yang menghalangi kedua kerajaan itu.
“Tidak mungkin, Nir.”
“Kau tidak mencintaiku?”
“Bukan begitu. Jika kita lari, maka dua kerajaan akan saling tuding menuding dan peperangan akan pecah. Kasihan rakyat jelata. Kita tidak ingin itu terjadi kan?”
“Lalu, aku harus bagaimana? Aku tidak mau dijodohkan dengan Pangeran Awan. Aku ….”
Pangeran Nirwana memegang wajah Putri Nirmala. “Percayalah padaku, perjodohan itu tidak akan terjadi! Beri aku waktu untuk meluluhkan hati Raja dan Permaisuri. Setelah itu, aku akan datang menghadap kedua orang tuamu! Aku akan menjemputmu dengan restu kedua orang tuamu. Sabar, ya.”
Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakan dari berbagai arah. Mereka ingin bersembunyi, tapi terlambat. Dua kubu kerajaan telah mengelilingi mereka, bahkan Pangeran Awan pun datang beserta pasukannya.
“Nirwana!” seru Raja Gemana geram, ayah Pangeran Nirwana.
Pangeran Nirwana dan Putri Nirmala saling berpegangan tangan. Hal itu juga membuat Raja Gandewa murka. Raja Gandewa langsung menarik putrinya. Kedua Permaisuri spontan membantu suami-suami mereka.
Pangeran Nirwana mengokohkan pegangannya. Begitu juga Putri Nirmala. Namun apa daya, kekuatan mereka tidak berimbang dengan kekuatan yang menyeret mereka.
“Nirwana!”
“Nirmala!”
“Kumohon, Baginda. Izinkan hamba bersamanya.” Pangeran Nirwana memelas.
“Tidak. Kau tidak boleh bersamanya.”
 “Aku mencintainya, Baginda!”
Pangeran Nirwana semakin panik,  pegangannya nyaris terlepas.
“Nirmala!”
“Sudahlah, Anakku. Kita pulang saja,” bujuk Permaisuri.
Akhirnya terlepas sudah pegangan tangan mereka. Keluarga Nirmala terus saja menyeret Nirmala. Begitu juga dengan kedua orang tuanya.
“Nirwana!”
Putri Nirmala semakin menjauh.
“Nirmalaaa!”
“Nirwanaaa!” sayup-sayup suara Putri Nirmala masih terdengar. Bayangannya semakin jauh.
“Nirmalaaa!” Pangeran Nirwana semakin frustasi. Bayangan Putri Nirmala telah lenyap, ditelan awan gemawan.
“Nirmalaaa!” teriak Nirwana.
“Alhamdulillah. Akhirnya, Lo,  pulang juga.”
Nirwana mengerjap. Napasnya tersengal-tersengal. Ia berusaha mengingat dan mencerna apa yang terjadi. Tiba-tiba matanya melotot. Seakan-akan ingin menelan bulat-bulat buku Ruqyah Syar’i yang dipegang sahabatnya.
 “Kenapa aku diruqyaaah?!” teriaknya.





Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Cinta Nirwana"

Post a Comment

Tinggalkan jejakmu di sini :)
Maaf, mohon tidak meninggalkan link hidup di kolom komentar. Thanks.