Assalamualaikum Wr. Wb.
Hai, Sahabat Elra's.Bagaimana kabar iman hari ini? Semoga
selalu dalam perbaikan yah.
Ada sebuah berita hangat yang mengganjal di benak
saya.
Polusi!
Yup. Siapa yang suka dengan polusi? Pasti jawabannya, tidak
ada.
Kota besar memang identik dengan polusinya. Tentu saja
harus ada peran dari semua pihak untuk menanganinya, baik itu warga dan juga
pemerintah daerah atau negara. Hal ini karena padatnya warga yang tinggal di
sebuah daerah yang memiliki daya tarik tersendiri, seperti ibukota negara atau
pun daerah yang menjanjikan penghasilan yang lebih baik.
Padatnya penduduk tentu memerlukan pengelolaan yang baik
dari pemerintah setempat, untuk itu diperlukan kebijakan yang tidak boleh
serampangan dibuat.
Tapi entah apa yang dilakukan oleh sebuah speaker di
masjid-masjid hingga disamakan oleh kebisingan kota, sampah yang terserak
hingga limbah rumah tangga atau pun industri yang membuat sungai-sungai
menghitam?
Padahal yang speaker masjid lakukan adalah sebuah syi'ar.
Melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, zikir, tahmid dan juga kumandang
azan.
Jadi layakkah speaker masjid itu disebut polusi?
(Nangis guling guling)
~• KENAPA HARUS ADA AZAN?
Adakah manusia yang sempurna? Manusia penuh dengan celah
lalai, jika dibiarkan lalai itu akan semakin larut dan mendarah daging.
Untuk itu sebagai sesama manusia kita patut saling
mengingatkan dan mengajak pada kebaikan satu sama lain.
Mengganggukah lantunan ayat-ayat suci yang yang berasal
dari kaset atau pun yang dilantunkan langsung oleh pecinta masjid?
Untuk saya pribadi, di mana balita-balita sekeliling rumah
berhasil menghafal syair lagu yang tidak penting, putri pertama saya berhasil
menghafal Al-Fatihah saat berusia 2,5 tahun karena mendengarkan lantunan yang
keluar dari speaker mushola dekat rumah.
Lalu bagaimana dengan kumandang azan yang menggunakan
speaker masjid?
Kumandang azan adalah salah satu bentuk ajakan pada
kebaikan kepada sesama manusia. Jujur saja, saat saya berada di jalan raya
ibukota yang bising, suara azan dari masjid-masjid Jakarta itu terdengar sangat
kecil. Apalagi saat saya berada dalam pusat perbelanjaan, azan sama sekali
tidak terdengar hingga saya harus sering-sering melihat jam agar tidak
melewatkan waktu sholat.
Bagaimana dengan yang di dalam rumah? Yakin deh suara
speaker masjid itu kalah dengan suara-suara televisi, radio atau yang lainnya.
Jadi letak polusinya speaker masjid saat azan di mana?
(edisi gagal paham)
Saya tinggal di kampung pinggiran Jakarta. Jujur saja ada
satu mushola yang suara speakernya jelas terdengar. Tapi apakah warga yang
laki-laki bergegas melangkah untuk menunaikan kewajibannya?
Jawabannya adalah, tidak!
Mau berkilah, makanya speaker masjid kumandang azan itu
tidak diperlukan? Karena shalat adalah bentuk kesadaran masing-masing individu!
Jika Anda memiliki pikiran seperti itu, saya sarankan agar
Anda segera menuju kran air yang berada di rumah Anda, segeralah mengambil
wudhu. Agar pikiran Anda menjadi jernih.
Dalam sebuah hadist mengatakan,
ﺳَﻌِﻴْﺪٍ ﻭَﺍﺑْﻦُ ﺣُﺠْﺮٍ ﻗَﺎﻟُﻮْﺍ ﺣَﺪَّﺛَﻨَﺎ ﺇِﺳْﻤَﻌِﻴْﻞُ
ﻳَﻌْﻨُﻮْﻥَ ﺍﺑْﻦَ ﺟَﻌْﻔَﺮٍ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻌَﻼَﺀِ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻴْﻪِ ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ
ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ :
ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺟْﺮِ ﻣِﺜْﻞُ ﺃُﺟُﻮْﺭِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻻَ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍْﻹِﺛْﻢِ ﻣِﺜْﻞُ ﺁﺛَﺎﻡِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻻَ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺁﺛَﺎﻣِﻬِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ
16 – 2674 )
ﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﻫُﺪًﻯ ﻛَﺎﻥَ ﻟَﻪُ ﻣِﻦَ ﺍْﻷَﺟْﺮِ ﻣِﺜْﻞُ ﺃُﺟُﻮْﺭِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻻَ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮْﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ ﻭَﻣَﻦْ ﺩَﻋَﺎ ﺇِﻟَﻰ ﺿَﻼَﻟَﺔٍ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻣِﻦَ ﺍْﻹِﺛْﻢِ ﻣِﺜْﻞُ ﺁﺛَﺎﻡِ ﻣَﻦْ ﺗَﺒِﻌَﻪُ ﻻَ ﻳَﻨْﻘُﺺُ ﺫَﻟِﻚَ ﻣِﻦْ ﺁﺛَﺎﻣِﻬِﻢْ ﺷَﻴْﺌًﺎ
16 – 2674 )
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah
bin Sa’id dan Ibnu Hujr, mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il
yaitu Ibnu Ja’far dari Al ‘Ala dari bapaknya dari Abu Hurairah
Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda:
Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
(Shahih Muslim 2674-16)
Barang siapa mengajak kepada kebaikan, maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Sebaliknya, barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
(Shahih Muslim 2674-16)
~• TELINGA UMAT TERSUMPAL.
Zaman sekarang sebesar apa pun suara speaker masjid tidak
akan terdengar oleh warga, karena kesibukan dunia, hiburan yang mudah
didapatkan dan juga karena maksiat yang bertebaran.
Ayat - ayat suci yang dilantunkan terpental jauh sebelum
menembus liang telinga.
Jadi bukan hanya speaker masjid saat kumandang azan yang
diperlukan. Tapi juga para petugas yang menghampiri warga untuk melaksanakan
sholat berjamaah di masjid.
~• PERAN PENGUASA
Memang negara ini bukan negara islam tetapi adalah negara
demokrasi yang (katanya) melindungi warganya dalam beribadah.
Entah darimana kata polusi untuk speaker masjid itu
berawal. Tapi saat kata itu keluar dari lisan seorang penguasa yang sangat
dihormati maka sangatlah terasa menyakitkan mendengarnya.
Alasan volume speaker masjid dikecilkan saat berkumandang
semoga bukanlah sebuah awal dari bentuk pengebirian kebebasan umat islam dalam
menjalankan syi'ar.
Jauh lebih efektif memikirkan bagaimana caranya agar warga
dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang hamba.
Jika penguasa dapat memberi perhatian pada kewajiban ibadah
warganya, maka negara ini akan mendapatkan berkah dan rahmat-Nya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Sedih dengarnya ya
ReplyDeleteIya, Mba.
DeleteSungguh menyedihkan
Lalainya jangan dibiarkan berkembang yah.
ReplyDeleteDiusir biar pergi jauhjauh
Langsung sejuk baca cerita - cerita di sini.....salam kenal Mbak Citra...
ReplyDeleteMakasih, Mba.
DeleteBisa aja nih, Mba Lies
Belajar banyak dari pengalaman Tolikara yang kadang di putar balikkan faktanya.
ReplyDeleteAtas kehendak Allah SWT kita jadi tau keadaan umat di sana kesulitan dalam beribadah
Deletepenguasa kita sedang keblinger dengan segala hal yang sesungguhnya udah berjalan dengan baik tiada ekses pun di cari-cari agar bisa membuat pencitraan.
ReplyDeletebangsa yang farah
Farah sekali
Deletefarah azhari malahan seksi kan
Deletesubhanallah
ReplyDeleteterimakasih sudah mengingatkan,
semoga kedepannya saya bisa lebih membiasakan diri ke mesjid dan bisa mengajak saudara" saya
Laki. Sholat di masjid
DeleteMusuh islam akan kalah saat jamaah sholat subuh seperti jamaah solat jumat.
hmmmm padahal bermanfaat jika volume tsb seperti semula ya karena bisa mengajak orang sholat tepat waktu
ReplyDeleteSelain azan sepertinya harus ada yang seret2 juga biar pada solat di masjid ya, Mba
Deletesebagai sesama umat yang beriman hendaknya saling menegakkan rasa hrmat dan kepedulian terhadap toleransi beragama...mestinya kehidupan akan berdampingan rukun, damai, aman dan sejahtera :)
ReplyDeleteSaling menghormati itu penting ya, Mba
Deletesalam kenal mba citra.. iya nii, berasa orang yang hilang setelah Ramadhan.. semoga dimudahkan melangkahkan kaki ke masjid ya mba...
ReplyDeleteIya. Semoga dimudah untuk semuanya memakmurkan masjid
DeleteHayooo...
ReplyDeleteJangan sampai disamper duluan sama malaikat... Ups. :P
Speaker itu wajib lho, Tidak hanya pas azan, tapi juga bisa digunakan untuk pengumuman ketika ada orang yang meninggal.
ReplyDeleteDan..... masjidpun sepi kembali :"(
ReplyDeletesemoga banyak yang tergerak kembali kemasjid dengan dipanggil pake atau tidak lewat speaker *ngomong kediri sendiri