Assalamualaikum Wr. Wb
Judul buku ini pasti sudah sangat sering terdengar di kalangan pecinta literasi. Kisah yang juga telah diangkat ke layar lebar ini mampu mengajak kita berjalan-jalan sekaligus membawa kita menembus sejarah dengan menelusuri jejak-jejak islam yang masih tertera di benua Eropa.
Judul buku: 99 Cahaya di Langit Eropa. Menapak Jejak Islam di Eropa
ISBN: 978-979-22-7274-1
Penulis: Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedelapan belas: Januari 2015
Sinopsis
Hanum memutuskan untuk mendampingi Rangga tinggal di Wina, Austria yang mendapatkan beasiswa untuk menjalankan program doktoral.
Hanum memutuskan untuk mengikuti kursus bahasa Jerman yang akhirnya membawanya berkenalan dengan Fatma seorang muslimah asal Turki. Kepribadian Fatma membuat Hanum terkesan. Fatma yang hanya seorang ibu rumah tangga diam-diam membawa misi dakwah dalam kesehariannya.
Menjadi minoritas tentu saja memberikan gejolak batin yang kuat bagi Hanum. Seperti saat ia, Fatma dan Ayse--putri kecil Fatma, berada di sebuah kafetaria di seberang Saint Joseph, di sela-sela menikmati keindahan Kota Wina dan menikmati sepotong roti croissant dan cappucino. Hanum mendengar tiga orang turis yang melakukan penghinaan terhadap Islam dengan menjabarkan arti dari roti croissan yang berbentuk bulan sabit sehingga dengan memakan roti croissant berarti mereka telah menghabisi umat Islam, seperti yang terukir dalam sejarah bahwa tentara Islam berhasil dikalahkan 300 tahun lalu saat tentara Islam Turki berhasil dikalahkan oleh gabungan tentara Jerman dan Polandia dari atas bukit tempat mereka berada yaitu bukit Kahlenberg.
Hanum telah mengumpulkan beberapa kosa kata dalam bahasa Inggris untuk membalas hinaan tiga turis itu. Tetapi Fatma meminta untuk mengikuti caranya yang dinilai lebih tepat untuk membalas hinaan itu.
Cara Fatma membalas hinaan itu berhasil membuat Hanum tercengang. Tak ada cacian yang terlontar dari mulut Fatma. Fatma justru membayarkan makan dan minuman yang dipesan ke tiga turis itu dengan meninggalkan secarik pesan,
"hi, i am Fatma a moslem from Turkeey," dan juga meninggalkan alamat email miliknya.
Cara yang dipilih Fatma ini menunjukkan akhlak yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Membalas hinaan dengan akhlak mulia seperti yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Fatma berhasil membuat Hanum terkesan dengan sejarah dari agama yang dianutnya itu.
Islam pernah sangat berjaya di Eropa. Hingga akhirnya Hanum memutuskan untuk menelusuri semua jejak Islam bersama dengan Fatma. Tetapi, sayang, Fatma dan keluarganya tiba-tiba pergi tanpa jejak, hanya meninggalkan pesan bahwa ia pulang ke Turki bersama keluarganya.
Perjalanan Hanum berlanjut. Ia ditemani Rangga bertolak ke Perancis. Yang selanjutnya bertemu dengan Marion Latimer yang bersedia menemani Hanum menapaki jejak-jejak Islam di Kota Paris.
Masih banyak kisah yang membuat pengetahuan kita terbuka tentang sejarah perkembangan Islam di Eropa.
Teka-teki tentang hilangnya Fatma akan terjawab di bab-bab menunju akhir cerita.
•~ Kelebihan
Novel ini mampu mengajak pembaca untuk lebih mengetahui tentang sejarah Islam lebih jauh. Bahwa Eropa bukan hanya terdapat tempat-tempat indah yang menyajikan kemewahan semata.
Menanamkan nilai akhlak dan keikhlasan yang harus dimiliki oleh seorang muslim.
•~ Kelemahan
Beberapa kisah yang dipaparkan kurang disajikan secara hidup. Seperti keadaan restoran milik Natalie di Deewan yang terasa seperti fantasi. Padahal bab ini bisa lebih ditekankan lagi untuk menunjang dan mengajak pembaca menerima bahwa restoran seperti itu benar-benar ada.
•~ Kesimpulan
Novel ini benar-benar penyeimbang informasi tentang peninggalan Islam yang berada di Eropa. Begitu banyak penemu-penemu barat yang terkenal di kalangan umat Islam saat ini. Sejarah perkembangan Islam di Eropa yang tergusur akibat kekalahan dalam peperangan sudah saatnya ditebus dengan cara mengedepankan akhlaqul karimah, banyak mualaf yang tersentuh hidayah karena berhadapan dengan para agen muslim yang berkelakuan baik dalam sehari-hari. Bukan lagi dengan propaganda jihad yang akhirnya dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk melancarkan fitnah terhadap agama mulia ini.
Novel ini mampu menyajikan kisah traveling dengan sudut pandang yang berbeda dan benar-benar layak menjadi buku best seller dari awal penerbitannya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Iya, Mba Ochie.
ReplyDeleteFeelnya beda yah antara baca dan nonton.
Masih suka baca saiah mah
Thanks for share ya, tambah satu lagi referensi. Salam kenal :D
ReplyDeleteiya mbak, beda feelnya antara baca novel dan nonton filmnya :)
ReplyDeletebiasanya kalo saya udah duluan baca novelnya gak akan pernah mau nonton filmnya karena biasanya mengecewakan, seperti kasus Ayat-ayat cinta :(
paling suka baca sejarah islam, betapa perjuangan islam telah mengngkat manusia kepada peradaban. Dan musuh pembenci sll ada. Seruuu pasti bacanya.
ReplyDeletefilm Omar tak pernah bikin bosan mesik ditonton berulang2 :)
terimakasih ulasannya sgt bagus :)
Iya, Mba. Aku juga suka Omar. Terlepas dari pro dan kontra serial tersebut, kadang suka baper ngebayangin perjuangan para Sahabat Nabi
DeleteBuku ini memang bagus deh, apalagi filmnya
ReplyDeletesaya sudah pernah review buku ini dan menurutku ini bukan novel tapi reportase perjalanan penulis hehe
ReplyDeleteWaah...
DeleteIya, bener tuh, Mba Ayu
Saya termasuk yg belum baca bukunya, Ni Mba Citlra, langsung nonton filmnya. Kayaknya di novel lebih lengkap ya? Kl dari film terbantu menikmati view suasana luar negerinya. :)
ReplyDeleteIya, ini best seller terus, Mba.
ReplyDeleteKeren isi bukunya
Sama, Mba Irawati. Aku juga begitu. Nyesek banget ya pas ayat-ayat cinta tuh....
ReplyDeleteUntuk peradabannya saya suka. Tp jujur, pas baca ini nguantuk dan lamaaaa.
ReplyDeleteLumayan sih buat mengingat ttg islam
Hihihi...
DeletePelan-pelan bacanya akan lebih menikmati, mba
Tetanggaku orangnya gak agamis, eh pas aku kasih filmnya, dia bilang mewek tengah malam. Ayo film selanjutnya Bulan Terbelah di Langit Amerika, jangan sampe ketinggalan ya Mbak ;))
ReplyDeleteSemoga tetangganya jadi lebih agamis setelah baca ini ya, mba
DeleteMba, ini ada film nya gak sih.. Aku kurang dalam membaca novel, tapi suka dengan kebudayaan dan sejarah.. Hhmm.. Jadi penasaran dengan isi novelnya, mengangkat cerita budaya eropa apa saja
ReplyDeleteAda filmnya, Mba Asti.
DeleteYang jadi Hanum Acha Septriasa
saya nonto filmnya udah bukunya malah belum :)
ReplyDeleteAku belum nonton lengkapnya malah, mba..
DeleteSepintas doank di tv
saya juga suka banget dengan novel ini Mbak, jadi pengen lihat langsung tempat2 yg diceritakan oleh Mbak Hanum :D
ReplyDeleteYang nulis teman saya neh mbak heheheh saya malah blom prnh baca buku ini :)
ReplyDeletetiap kali lihat film ato bca buku tentang sejarah islam di eropa selalu excited..melihat kejayaan islam zaman itu...termasuk dalam novel ini...
ReplyDeleteIya, inspiratif. Jadi tau tentang sejarah islam
ReplyDeletewah sudah pernah nonton filmnya, tapi belom pernah baca bukunya..
ReplyDeleterata2 sih pasti lebih seru bukunya yah..
Sudah liat filmnya duluan, jadi masih belum kepingin baca bukunya *saya kesringan gitu kalau sudah diangkat ke layar lebar* :D
ReplyDeleteWahhh... Belum kesampean mau baca novel dan nonton filmnya. Baca resensinya lumayan ada pencerahan. Hehehe... Jadi ga sabar pengen baca novelnya dulu aja.
ReplyDeleteSuka sama ulasannya, mak.
Salam kenal,
Zia
Mampir di blog ini, membuat saya bikin saya bingung, mau baca yang mana duluuu... Seelah itu, terus kepengan, pengen buku ini, pengen buku itu, halah... Sip referensinya, mbak
ReplyDeleteMembaca buku ini jadi pengen jalan-jalan, hhehh. Suka gaya bercerita Hanum.
ReplyDeleteMakasih Mba..
ReplyDeleteaku belum pernah baca bukunya... baru nontonfilmya