Assalamualaikum Wr. Wb
Selalu ada awal untuk segala sesuatu.
Seperti halnya diri ini mengarungi kehidupan bersama suami. Kami adalah manusia biasa yang memiliki pengetahuan agama seadanya. Hingga akhirnya, saya dan suami mendapatkan keberuntungan untuk mengenal agama lebih dekat melalui uluran seorang tetangga yang aktif dalam kegiatan dakwah.
Dari kegiatan dakwah ini banyak sekali pengalaman yang didapatkan. Bagi diri saya pribadi, dimulai dengan berhijab secara sempurna, menerapkan kehidupan sehari-hari sesuai dengan aturan agama dan masih banyak yang lainnya.
Begitu pula dengan suami saya. Ada program program dakwah yang yang diikuti secara tertib, yaitu beritikaf selama tiga hari dalam satu bulan sekali. Itikaf dilaksanakan di mushola atau masjid yang telah dibahas dalam musyawarah yang dilakukan secara mingguan. Di dalam kegiatan itikaf ini, banyak kegiatan yang dilakukan, seperti sholat berjamaah awal waktu, tadarus, tahajud,tundukan pandangan dan belajar serta mengajarkan ilmu agama. Selain itu, ada juga program silahturahmi ke rumah warga yang dilakukan satu minggu sekali setelah sholat maghrib berjamaah.
Tujuan dari silahturahmi ke rumah-rumah warga adalah untuk mengingatkan tentang kebesaran Allah SWT dan juga mengajak warga untuk sholat berjamaah bersama di masjid. Silahturahmi yang sering dilakukan oleh para pekerja dakwah ini bukanlah hal yang mudah. Tidak jarang pandangan sinis, cibiran bahkan makian bisa saja diterima. Padahal yang dikunjungi para pekerja dakwah itu adalah orang-orang yang juga memiliki agama yang sama.
Tentu saja kita semua tahu bagaimana kondisi masjid-masjid dan mushola saat ini. Lapang, megah tetapi sepi saat azan lima waktu berkumandang. Untuk itulah program silahturahmi ini dilaksanakan, yaitu mengingatkan para warga terutama yang laki-laki untuk sholat berjamaah di masjid.
Ada sebuah pengalaman yang terjadi pada suami saya saat bersilahturahmi ke rumah warga.
Kota Jakarta sudah terkenal dengan kepadatan penduduknya dan juga tata kota yang terlanjur berantakan.
Di sebuah pemukiman yang tidak jauh dari rumah, suami dan tiga orang kawannya melakukan silahturahmi, walau malam itu gerimis turun, suami dan rombongan tetap melaksanakan kegiatan yang menjadi kewajiban itu. Salah seorang teman yang bertugas sebagai penunjuk jalan mengajak rombongan suami saya masuk ke sebuah gang kecil.
Gang itu memang biasa dilalui orang-orang, kanan kiri berdiri rumah warga, di antara rumah warga itu ada sebuah celah yang tidak dapat dilalui sepeda motor, bahkan suami saya tidak yakin dapat melewatinya karena memiliki badan yang cukup gempal, begitu pula dengan teman-temannya. Akhirnya dengan susah payah rombongan pun berhasil melewati celah itu. Setelah itu tampaklah sebuah halaman luas dari sebuah bangunan bertingkat yang terdiri dari kamar-kamar yang disewakan. Setelah usut punya usut, ternyata pemilik kontrakan itu pernah memiliki konflik dengan orang lain sehingga akses menuju rumah sewa itu dipersulit. Tentu saja hal itu mempengaruhi orang-orang yang ingin menyewa di rumah itu.
Kamar rumah sewa itu hanya sedikit yang berpenghuni. Dua keluarga di kamar bawah dan tiga keluarga di kamar atas. Satu per satu kamar di ketuk dengan menggunakan adab silahturahmi. Setelah kamar bagian bawah rombongan pun naik ke kamar atas melalui tangga yang berada di samping bangunan.
Tangga itu kurang lebih setinggi dua meter. Tangga bangunan itu sedikit licin karena tersiram gerimis. Setelah bertamu dan bertemu penghuni laki-laki akhirnya rombongan pun selesai dan pulang melalui rute yang sama. Entah tergesa-gesa karena azan isya yang sedikit lagi berkumandang atau karena memang tidak fokus berjalan, suami saya terpleset, meluncur dan terjatuh dari tangga setinggi dua meter itu. Rombongan pun panik. Semua menanyakan keadaan suami.
Suami saya yang sudah terlebih dulu berada di lantai bawah bangun dan berada dalam keadaan baik-baik saja. Setelah itu rombongan melewati celah kecil kembali menuju mushola yang menjadi awal perjalanan mereka bersilahturahmi tepat saat azan berkumandang. Suami dan rombongan kembali menunaikan sholat isya berjamaah.
Itulah salah satu pengalaman yang didapat suami saya. Memang saat itu tidak ada jamaah yang datang untuk sholat berjamaah bersama mereka tapi syiar Islam harus tetap dijalankan, berdakwah untuk mengingatkan diri sendiri.
Menikmati proses keimanan dan menyerah hasil hanya kepada Allah SWT hingga nanti hidayah akan diturunkan untuk seluruh alam.
kalo ramadhan, musola di belakang rumah ramai, setelah ramadhan agak sepi tapi masih sering diramaikan oleh shalat berjamaah yang diisi bapak2
ReplyDeleteDengan ketulus-ikhlasan, insya Allah usaha itu berkah untuk Mbak sekeluarga ya, Mbak ...
ReplyDeleteItu yang masalah konflik dengan orang lain yang akhirnya bikin akses jalan nggak layak, sering juga terjadi ya :'
ReplyDeleteBeberapa waktu lalu di sekitar rumah ku juga ada bapak bapak yang mengajak sholat maghrib bareng gitu mba, khusus laki laki nya disuruh berjamaah ke masjid.. Semoga istiqomah ya mba, Amin. Sampai jatuh segala, untung nya gak kenapa2..
ReplyDeleteSemoga istikomah untuk berpartner dalam dakwah ya Mba ^^
ReplyDeletewah ini cara yang bagus untuk mengajak kebaikan juga ya
ReplyDeleteWaahh..mulia bgt kegiatan sepert itu mengajak kebaikan dg menyandangi ke rumah. Suatu cara yg sulit di terapkan bagi kebanyakan org utk memakmurkan masjid
ReplyDeleteMemang tidak mudah mengajak orang lain melakukan kebaikan, tapi semoga semua usaha itu berbuah manis suatu hari
ReplyDeleteMaa Syaa Allaah.. semoga istiqomah Mba.. :)
ReplyDeletekeren mbak, semoga istiqomah, dan keluarganya mbak dilindungi Allah ..
ReplyDeleteSemoga perjuangan menyebarkan dakwah kebaikan ini berkesinambungan, menular, dan pasti akan ada hasil terbaiknya.. Allah akan bantu memberikan hidayahNya, dan dilipat ganda pahala yang telah menyebarkan kebaikan ini.Semoga :)
ReplyDeletehttp:lovelyristin.com
Semoga ikhtiarnya akan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda ya, Mbak. Semoga selalu istiqamah :)
ReplyDelete