وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ فَإِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا إِنَّ اللهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا
“…. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian
jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.”
Pada 26 Mei, Ma’had Ummul Qura kedatangan Syekhah Ummu Salman
dari Mesir. Dan Alhamdulillah, saya berkesempatan hadir di acara pertemuan wali
murid.
Tema yang disampaikan Syekhah, seputar tarbiatul aulad. Nasehat-nasehat
yang beliau sampaikan bikin hatiku ketar ketir dan kadang lolos juga akhirnya
cairan bening di kelopak mata walaupun sekuat tenaga berusaha aku tahan. Betapa
aku sangat jauh jadi seorang ibu yang baik. Mudahan Allah mengampuniku dan
membimbingku menjadil lebih baik sebagai seorang ibu ke depannya.
Pada menit-menit terakhir, wali murid diberi kesempatan
bertanya berbagai hal, khususnya apa yang telah beliau sampaikan sebelumnya.
Satu jawaban beliau yang membuatku ternganga. Seorang ibu
bertanya, “Bagaimana caranya mengatasi anak ‘bandel’? Kita sudah berusaha menanamkan
nilai-nilai luhur pada anak-anak, tapi ada juga yang Allah uji dengan seorang
anak yang bikin ngurut dada.
Syekhah menjawab pertanyaan itu dengan menamsilkan ayat di
atas. Hah? Selama ini taunya, ayat di atas untuk pendidikan seorang suami
kepada istrinya yang boleh dibilang ‘bandel’. Ternyata ayat di atas juga bisa diterapkan oleh orang tua kepada anaknya atau seorang pendidik kepada anak
didiknya yang dibilang ‘bandel’.
Sedikit intiasarinya:
“Maka nasehatilah mereka” Sebagai orang tua atau guru, kita harus kudu sabar
menghadapi anak bandel.
Selalu menghargai setiap perbuatan baiknya dengan memuji,
memotivasi atau bahkan memberinya hadiah. Jika melakukan kesalahan, tak bosan
menasehatinya, menjelaskan dampak dari kesalahannya dan sekali-kali sampaikan ancaman
hukuman jika dia melanggar dari kebijakan dari yang telah kita buat.
Tentu kita harus mempunyai jiwa sabar yang ekstra karena pada
masa anak-anak merupakan masa-masa ia ingin tau, ingin mencoba, ingin
mengaplikasikan imajinasinya yang tanpa ia ketahui itu tidak baik dan sangat
berbahaya buat dia.
Dalam hal ini Syekkah memisalkan ke dalam Al-Qur’an. Dalam
Al-Qur’an, Allah berkali-kali menyampaikan peraturan-peraturan demi kebaikan
kita, berkali-kali Allah berikan janji-janji surga jika kita berbuat kebaikan
dan menyampaikan ancaman jika melanggar. Hendaknya, sebagai orang tua kita juga
begitu. Tidak bosan-bosan mengingatkan dan memotivasinya.
Sebagai orang tua, kadang kita gagal dalam hal ini. Sering
kita ngomong pada anak, “Bukankah sudah ibu katakan!” padahal kita mengatakan
hal itu baru sekali dan itu pun telah lama sekali.
Jika sudah berkali-kali, bertahun-tahun dia melanggar atau berbuat kesalahan yang
disengaja, maka cara kedua dapat kita lakukan yaitu pisahkanlah mereka di
tempat tidur mereka.
Memisah di sini dalam artian mendiamkan mereka. Bagi seorang
anak, diamnya ibunya itu sudah sesuatu berat bagi mereka. Apalagi jika mereka
yang terbiasa dilayani ibunya, terbiasa bergelayut manja pada ibunya, terbiasa
bercerita banyak pada ibunya.
Atau dengan menarik fasilitas yang telah kita sediakan,
misalnya menghentikan uang jajan selama beberapa hari atau dalam hal lainnya.
Dalam hal ini sehari saja, diamnya ibu atau ditariknya fasilitas yang
diberikan, mereka akan berpikir akan kesalahannya dan tidak ingin lagi
mengalami hal sama terulang kali. Karena cukup sekali hal yang berat itu bagi
mereka.
Kembali ke sifat Allah dalam Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an,
Allah sering mengingatkan kita akan nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya,
agar hal itu ada rasa cinta dan takut kepada setiap hamba. Begitu juga
hendaknya kita sebagai orang tua. Kita harus menampakkan kebaikan kita pada
anak agar dalam dirinya ada rasa cinta dan takut/ segan kepada orang tua.
Ini kadang salah satu kegagalan kita dalam menanamkan rasa
cinta di hati mereka. Kita sering menuntut ini dan itu kepada mereka, sedangkan
kita sendiri tidak berbuat banyak untuk mereka.
Kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri sehingga mereka
terabaikan. Kadang kita pergi di saat anak masih tidur dan kita kembali saat
anak sudah tidur. Kalau seperti ini bagaimana ada cinta dan segan di hati
mereka, kalau kita sendiri mengabaikan mereka. Kalau kita sendiri jarang
melimpahkan kasih sayang kepada mereka, bagaimana mungkin kita mengharapkan ada
cinta di hati mereka. Karena itu, dalam kasus anak kelewat bandel, kita harus
introspeksi diri dulu sebagai orang tua. Sejauh manakah kita memberikan
perhatian dan kasih sayang khusus untuk mereka?
Jika di hati mereka ada cinta dan segan kepada kita, maka
langkah kedua ini, insya Allah sudah cukup ampuh. Diamnya orang tua, itu sangat
berat bagi mereka.
“Pukullah mereka.” Dalam sebuah riwayat
hadispun ada menjelaskan, ‘janganlah tinggalkan rotan uuntuk mendidik
anak-anakmu.”
Dalam Al-Quran pun sudah menjelaskan anak-anak dan harta
adalah ujian. dan menghadapi anak yang bandel, juga ujian. Jika beribu-ribu
kali dimotivasi, dinasehati, diancam
bahkan didiamkan dan dia masih saja sengaja berbuat kesalahan, maka jalan
terakhir adalah memukul mereka dengan pukulan yang tidak berbahaya buat mereka.
Pukulan adalah jalan terakhir dengan pukulan yang tidak
berbahaya buat mereka. Satu hal lagi yang harus diingat, pukulan itu demi
mendidik, bukan pukulan melampiaskan kekesalan. Mendidik dan melampiaskan,
tentu kita dapat membedakannya.
Dalam pukulan ini, hendaknya jangan instan dan tiba-tiba saja
anak kita di pukul. Ini akan berdampak buruk pada psikis anak.
Sebelumnya, hendaknya telah kita gantungkan rotan atau
sejenisnya di dinding rumah, agar sedari awal seisi rumah sudah tahu, akan ada hukuman jika mereka melakukan pelanggaran. Sedari awal mereka sudah tahu,
mereka akan dipukul jika mereka tidak shalat atau melakukan perbuatan tercela.
Sehingga sebelum melakukan pelanggaran, mereka telah diingatkan
kunseksuensinya.
Dalam memberi hukuman pukulan kepada anak pun hendaknya hanya
diterapkan dalam hal yang sangat urgent atau yang berhubungan dengan agama.
Misalnya menjaga shalat, menutup aurat atau menghindari perbuatan-perbuatan
yang dilarang agama. Jangan sampai pukulan terjadi hanya karena masalah sepele.
“Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.” Kadang kita juga gagal dalam hal ini. Anaknya sudah
diam, kita masih saja mengobral omelan dan melampiaskan kekesalan. Jika sudah
seperti, janganlah berharap anak menjadi patuh, kalau kita sendiri tidak patuh
dalam aturan yang telah Allah terapkan terutama seperti ayat di atas.
Sebagai orang tua, memang harus terus introspeksi diri dan
terus berbenah diri untuk menjadi lebih baik khususnya sebagai orang tua.
Dan jangan lupa, janganlah bosan-bosan mendoakannya. Doa
orang tua itu makbul, tidak hari ini, besok-besok, insya Allah, kita akan
melihat hasilnya.
dulu waktu aku kecil, sering banget ketemu sama gagang sapu mbak, kalo nggak sholat di masjid sewaktu maghrib,
ReplyDeletedan kalo nggak sholat dimasjid pantat ini membiru mbak :D .
:) Itu tandanya mereka sayang..
DeleteSetiap keluarga memang berbeda, ya, cara mendidik anak-anak mereka. sangat beruntung anak yang memiliki keluarga yang sangat perhatian terhadap agamanya.
Makasih banget nih tips nya, memang kita harus sabar menghadapi anak seperti ini
ReplyDeletesama-sama.. terima kasih atas kunjungannya. :)
DeleteAssalaamu'alaikum wr.wb, mbak Ummu Elnurien... harus banyak bersabar ya mbak kalau kita mahu anak kita menjadi baik. Anak bandel ini dalam kategori anak yang aktif dan ada mahunya. Kita sebagai orang tua harus mempunyai ilmu dan pengetahuan dalam menangani mereka. kebijaksanaan yang ada pada kita mampu mengatasi masalah anak bandel. Sikap tegas harus disemai sejak umur dini agar anak hormat dan takut. Pengajaran al-Quran dan hadis juga perlu ditumbuhkan agar mereka mencinta kedua sumber Islam itu. Tips sheikh tersebut amat menyentuh hati. Salam manis dari Sarikei, Sarawak. :)
ReplyDeleteWa 'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh, Kak Siti Fatimah..
DeleteIya, sebagai orang tua, kita harus banyak bersabar dan mempunyai pengetahuan, terutama tentang mendidik anak secara Islam. dengan kesabaran dan ilmu, insya Allah kita bisa membimbing anak-anak menjadi anak yang shaleh.. aaminn..
salam manis balik dari sini, Banjarmasih. :)
Wah, pas banget ini. Izin share, ya? :)
ReplyDeleteDi hari awal-awal masuk sekolah ini saya juga mengeluhkan bagaimana anak-anak di kelas saya Mbak. Mereka sangat bandel. Jumlahnya hanya sedikit tapi bandelnya tak karuan. Lagi-lagi saya hanya bisa mengingatkan bahkan sesekali menghukum mereka kalau mereka keterlalluan, Bukan hukuman pukulan tapi meminta mereka berdiri di pojokan kelas untuk beberapa waktu. Dan kebanyakan dari mereka banyak yg berubah Mbak nggak sebandel sebelumnya.
ReplyDeletehukuman, tidak mesti dengan pukulan, ya. kadang-kadang mereka bandel, hanya ingin dimengerti.
DeleteAlhamdulillah, mereka bisa berubah...
makasih sekali tipsnya..jadi ingat almarhum mama kalo marah memang sll mendiamkan, diajak ngomong tidak mau membalas
ReplyDeletehu hu masalah sudah dihukum tapi saya masih ngomel itu saya banget :(
ReplyDelete